Karil 2



PENANGANAN DENGAN PERILAKU INSECURE (PENAKUT, RENDAH DIRI, PEMALU) BAGI ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN
BERMAIN DI TK MUSLIMAT NU PECAKARAN
KEC. WONOKERTO KAB. PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2013/2014

ABSTRAK

            Berdasarkan pengamatan dan kenyataan  menunjukkan bahwa pengembangan sosial emosional anak TK MUSLIMAT NU Pecakaran belum maksimal dan membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk sikap mandiri dan rasa percaya diri. Penulis mengadakan penelitian tindakan kelas  (PTK) untuk memperbaiki sikap kemandirian pada anak yang telah dilakukan sebelumnya agar dapat meningkatkan rasa  percaya diri dalam setiap kegiatan.
Pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaan prosedur umum dan khusus pembelajaran. PTK dilaksanakan dalam 2 siklus dan tiap siklus dibuat dengan 5 RKH.
Dalam penyusunan PTK ini penulis menggunakan kegiatan bermain. Melalui kegiatan ini diharapkan anak aktif dan antusias dalam kegiatan bermain.
Hasil pelaksanaan perbaikan kegiatan pembelajaran dari prasiklus 30%, Siklus I meningkat menjadi 70% dan Siklus II  95% dari 20 anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan bermain dapat nmeningkatkan rasa percaya diri dan sikap mandiri pada anak TK MUSLIMAT NU Pecakaran Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.

Kata kunci : Metode bermain dalam penanganan perilaku insecure

I.     PENDAHULUAN
A.  Latarbelakang
Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikananak usia dini setelah play group. Pendidikan anak usia dini bagi anak tidak terbatas pada taman kanak-kanak, tetapi juga bagi anak usia dini 2-3 tahun hingga sebelum SD. Usia pras ekolah yaitu dari usia3 hingga 6 tahun, merupakan masa yang amat khusus bagi kehidupan seorang anak karena selama masa ini seorang anak mulai membangun rasa percaya terhadap dunia lain disekitarnya, selain lingkungan keluarga. Mereka mulai belajar untuk tidak tergantung dengan orang lain dan membangun control diri. Serta belajar mengambil inisiatif dan secara aktif ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara sosial.
Dalam World Book Dictionary ( 1994 : 690 ) emosi didefinisikan sebagai “ berbagai perasaan yang kuat “. Perasaan benci, marah, takut dan senang. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi.
Adapun Hurlock (1978 : 250) mengutarakan bahwa perkembangan social adalah merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial.
            Perilaku adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya. Perilaku seseorang menunjukkan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial kemandirian dan konsep dirinya. Tidak heran karena perilaku manusia terbentuk selama proses perjalanan kehidupan.
            Oleh karena itu, masa usia dini adalah masa yang peka untuk menerima pengaruh dari lingkungannya dalam hal ini orang tua, guru, sekolah untuk member pengaruh edukatif seluas-luasnya kepada anak, agar membantu mengembangkan perilaku anak yang positif.
            Sering kali kita jumpai satu atau dari beberapa anak didik yang memiliki karakter seperti penakut, memiliki perasaan rendah diri dan malu. Perilaku-perilaku tersebut sebagai jenis perilaku “ neorotik “ namun kita akan menggunakan istilah yang lebih awam, yaitu insecure (perasaan tidak aman). Istilah tersebut menggambarkan anak-anak yang secara nyata memiliki kepercayaan diri yang kurang, dan mereka pun sering kali memilki perasaan takut dan cemas menurut (Schaefer dan Millman. 1981).
            Tentu saja semua anak memiliki perasaan-perasaan tersebut, namun derajatnya berbeda. Jika dialami secara serius, perasaan tersebut dapat menghambat anak dalam berbagai hal misal : anak yang pemalu dan rendah diri mungkin tidak berani mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan guru walaupun ia tahu jawaban dari pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, pengenalan sejak awal dapat membantu kita mengenali anak yang memiliki perilaku insecure.
            Reynold (1987) mengemukakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan permasalahan emosi adalah sebagai berikut :
1.    Latar belakang keluarga yang kasar, dimana kebiasaan kehidupan dalam keluarga ini selalu menggunakan cara-cara kasar.
2.    Perasaan tertolak secara fisik atau pun emosional oleh pihak lain.
3.    Kehilangan terlalu dini untuk merasakan kedekatan dengan orang yang disayanginya.
4.    Situasibaru, dimana anak belum siap dalam menghadapi dan tidak menemukan pasangan yang cocok untuk menemaninya.
5.    Mendapat gertakan, gangguan, ketidak ramahan dari anak yang lain.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di TK MUSLIMAT NU Pecakaran Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan Kelompok A, diidentifikasikan beberapa masalah antara lain :
1.    Anak merasa takut akan adanya suatu bahaya karena emosi yang tidak menyenangkan, takut ditinggalkan.
2.    Memiliki perasaan yang tidak mampu atau minder, ragu-ragu untuk melakukan sesuatu, serta kurang memiliki keterampilan sosial.
Dari masalah-masalah tersebut diatas, maka penulis mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna untuk meningkatkan rasa percaya diri anak pada Kelompok A TK MUSLIMAT NU Pecakaran Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. “Bagaimana cara penanganan dengan perilaku insecure (penakut, rendah diri, pemalu) Kelompok A TK MUSLIMAT NU Pecakaran Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan ?”
C.  Tujuan Penelitian
Tujuan perbaikan kegiatan pengembangan ini, secara umum adalah untuk mengetahui cara penanganan insecure (penakut, rendahdiri, pemalu) serta membentuk emosional anak agar lebih berani, optimis dan percaya diri melalui kegiatan bermain dapat berinteraksi dengan teman.
   Tujuan perbaikan secara khusus adalah sebagai syarat memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP S1 PAUD) (4501) Universitas Terbuka, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat strategi sekolah terutama dalam penanganan anak insecure serta sebagai sumbangan informasi bagi kegiatan     penelitian sejenis dalam skala yang lebih luas dan mendalam.
D.  Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.         Penulis dapat inspirasi untuk membuat karya ilmiah dengan penanganan perilaku insecure.
2.         Anak dapat berperan aktif bersama teman-teman dan bersosialisasi supaya anak tidak lagi mempunyai rasa takut, rendah diri dan pemalu.
3.         Guru untuk menambah wawasan tentang motivasi anak, menstimulasi yang tepat dalam merangsang rasa percaya diri dan tumbuh kembang Anak dalam sosial emosional secara tepat.
4.         Orang tua agar dapat memperoleh informasi baru tentang upaya penanganan anak dengan perilaku insecure (penakut, rendah diri, pemalu) sehingga orang tua dapat mendorongnya dengan menerapkan dirumah.
II.       KAJIAN PUSTAKA
A. Perilaku Insecure
Menurut Schaefer dan Millman (1981) Insecure adalah perasaan yang tidak aman. Takut adalah emosi yang kuat dan tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh kesadaran atau antisipasi akan adanya suatu bahaya. Serta rendah diri yaitu anak kurang menghargai dirinya sendiri, biasanya akan melihat segala sesuatu secara pesimis. Rini Hildayani, dkk (2010.3.3.1)  Penanaganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus).
Helen Ross (dalam Simanjuntak, 1984) mengemukakan penakut adalah suatu perasaan yang hakiki dan erat hubungannya dengan upaya mempertahankan diri. Ali Nugraha, dkk (2009.1.9) Metode Pengembangan Sosial Emosional. Stewart (1985) juga mengatakan bahwa penakut adalah mengembangkan sinyal-sinyal adanya bahaya dan menuntun individu untuk bergerak dan bertindak. Ali Nugraha, dkk (2009.1.9)  Metode Pengembangan Emosional.
Suran dan Rizzo (1979) berpendapat penakut dapat membuat anak menghindari situasi kompetitif. Penakut juga dapat mengganggu hubungan anak dengan teman sebaya. Rini Hildayani, dkk (2010.3.4) Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus).
Harter (Vasta, Miller dan Ellis,2004,2000) menyebutkan bahwa rendah diria dalah anak yang memberi penilaian yang rendah terhadap dirinya, termasuk pada kompetensi-kompetensi yang dimilikinya. Rini Hildayani, dkk (2010.3.9) Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus).Menurut Berk (2000) pemalu adalah anak yang bereaksi secara negatif terhadap stimulus tersebut. Rini Hildayani,dkk (2010.l.3.15) Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus).
Pendapat para ahli mengindentifikasikan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi sejak lahir. Hariansyah (2007) mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Winda Gunarti (2012) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
Pemalu adalah rasa tidak nyaman, cemas didalam setiap kegiatan sosial khususnya, karena mereka tidak memahami lingkungannya (Supriyono,2008: 32). Husna Hazarika (2014.2) Upaya penanganan Permasalahan Anak http.blogspot.com. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia Terminologi, bahwa malu adalah merasa tidak senang, rendah diri dan sebagainya, karena berbuat sesuatu yang kurang baik, bercacat. Iham, MM dkk (2010).
B.  Anak Usia Dini
Menurut NAEYC (1992) (National Association for the Education of Young Children)  Anak Usia Dini adalah anak yang  berada pada rentang usia 0-8 tahun. Siti Aisyah, dkk (2011.1.3)  Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Sedangkan Depdiknas (2003) berpendapat Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Siti Aisyah, dkk (2011.1.3) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Menurut UNESCO Anak Usia Dini termasuk pada level 0 atau jenjang pra sekolah , yaitu untuk anak usia 3-5 tahun. Siti Aisyah, dkk (2011.1.4) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Pendapat Hartati (2005) karakteristik Anak Usia Dini adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar merupakan pribadi yang unik. Suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensi untuk belajar menunjukkan sikap egosentri, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek dan sebagian dari mahluk sosial. Siti Aisyah, dkk (2011.1.4) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Menurut Kartadinata (2003) bahwa Anak Usia Dini juga ada beberapa titik kritis yaitu, membutuhkan rasa aman, istirahat, makan yang baik datang kedunia yang diprogram untuk meniru, membutuhkan latihan, rutinitas memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa membutuhkan pengalaman langsung. Trial and Error rmenjadi hal pokok dalam belajar serta bermain merupakan dunia masa kanak-kanak. Siti Aisyah, dkk (2011.1.9) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Menurut pandangan Jean Jaeques Rousseau penulis dan ahli filosofi di akhir abad 18 yang menyatakan bahwa bermain adalah kodrat anak dan mereka memiliki apa yang ingin mereka pelajari, anak bermain karena menginginkan kebebasan.
C.   Bermain
Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada. Anak menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahannya kemampuan serta minat dan kebutuhannya memberi peluang anak untuk mengembangkan fisik, intelektual, bahasadanperilaku (spikologis dan emosionalnya). Melatih seluruh panca indranya dengan baik, secara alamiah memotivasi anak untuk tahu lebih mendalam tentang sesuatu hal yang baru.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang paling tepat diterapkan untuk anaka dalah melalui kegiatan belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.
1. Bermain Membentuk Perilaku
Program pembentukan perilaku dapat terlaksana melalui kegiatan bermain, karena setiap hari selalu melakukan kegiatan tersebut sehinga menjadi suatu kebutuhan yang wajib dilakukan setiap anak. Suatu pembentukan perilaku yang terbentuk dari proses bermain akan menjadi suatu kebiasaan yang baik, dari pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pembelajaran moral dan nilai-nilai agama, emosi atau perasaan, kemampuan bersosialisasi dan disiplin dengan tujuan agar anak tumbuh menjadi pribadi mandiri.
2.  Manfaat Bermain
Kegiatan bermain memilki manfaat yang tinggi bagi perkembangan anak, sehingga banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya tentang nilai dan manfaat bermain, seperti Vygot Sky (1976), Athey (1984), Elkind (1981), Bernettdan Strom (1981), Johnson, CristiedanYanky (1987) sertaSpodeck dan Saracho (1988). Selain mempunyai arti penting bagi perkembangan fisik, kognitif, bahasa dan social emosionalnya, bermain juga mempunyai manfaat yang lain dalam berbagai bidang seperti bermain dapat memacu kreativitas, mencerdaskan otak, dapat menanggulangi masalah, melatih empati, panca indra, sebagai media terapi dan melakukan penemuan.
Dari beberapa manfaat permainan diharapkan dapat menunjang pemahaman guru, orang tua, masyarakat tentang pentingnya arti bermain bagi anak, sehingga perlu diterapkan dan dikembangkan dalam program pendidikan anak. Karena merupakan suatu sarana pembelajaran yang sesuai bagi anak, sehingga anak akan mendapat banyak manfaat bagi dirinya.
Permainan yang dilakukan secara berkelompok yang sifatnya tidak terlalu formal. Dalam hal ini anak dibantu untuk aktif dalam kegiatan bermain secara berkelompok. Tujuan kegiatan ini adalah anak mengetahui peraturan permainan yang harus ditaati, belajar menyesuaikan diri dengan orang lain, mulai memikirkan strategi bermain, mengalami suasana gembira dan melatih pendengaran serta disiplin.
III.    PELAKSANAAN PERBAIKAN
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran di TK MUSLIMAT NU Pecakaran penulis akan menyampaikan hasil penelitian pada prasiklus, siklus 1 dan siklus 2. Pada masing-masing siklus akan mencakup penilaian perbaikan dan hasil belajar siswa.
A.   Subjek Penelitian
1. Lokasi
Tempat Penelitian                        :  TK MUSLIMAT NU
Alamat Penelitian             :  Jl. Balai Desa Pecakaran
Kecamatan                                   : Wonokerto
Kabupaten                                    :  Pekalongan
Kelompok                                    :    A
Indikator Pengembangan : Sosem.1. Mulai mengajak teman untuk bermain.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan
No
Siklus
Kelompok
Hari/Tanggal
Waktu
1
Prasiklus
A
Senin, 17 Maret 2014
07.30-10.00
2
Siklus 1
A
Senin-Jum’at 17-21 Maret 2014
07.30-10.00
3
Siklus 2
A
Senin-Jum’at 24-28 Maret 2014
07.30-10.00
2.    Karakteristik Anak Didik
Pada umumnya anak di TK MUSLIMAT NU Pecakaran Kecamatan Wonokerto terletak di kawasan pertambakan dekat laut. Dimana masyarakat desa Pecakaran kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani tambak, anak-anakpun hidup pada lingkungan pedesaan. Pendidikan para orang tua murid rata-rata lulusan SMP, maka cara mendidik anak-anaknya berbeda jauh dengan orang-orang yang mempunyai pendidikan tingkat tinggi.
B.  Deskripsi Per Siklus
Pada setiap siklus dilaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di TK MUSLIMAT NU Pecakaran yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh guru pada perkembangan peserta didiknya. Khususnya tentang perilaku insecure (penakut, rendah diri dan pemalu).
Untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan pembelajaran maka penulis merencanakan langkah-langkah pada setiap siklusnya dengan menggunakan Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.
Dari beberapa langkah tersebut dilaksanakan secara berurutan pada setiap siklusnya.
1.  Deskripsi Per Siklus
a.  Perencanaan Prasiklus.
1. Tindakan yang akan dilakukan atau alternatif perbaikan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada prasiklus dilaksanakan untuk mencari permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat kegiatanpembelajaran yang sedang dilakukan.
2.  Langkah-langkah Perbaikan.
                        a.   Gurumenjelaskan kepada anak cara bermain.
                        b.   Gurumenjelaskan tentang langkah-langkah bermain.
                        c.   Guru meminta anak untuk melakukan kegiatan bermain.
                        d.   Guru memperhatikan dan memberi nilai.
            b.  Pelaksanaan Pra Siklus
                1.  Prosedur Pelaksanaan PTK
a. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada hari Senin 17 Maret 2014. Dalam kegiatan pembelajaran dikelas dinilai oleh penilai 2 /supervisor 2.
                      b.  Tugas Penilai 1 /Supervisor 1
 1.  Menilai rancangan dari satu siklus ke tiap siklus.
 2.  Menilai laporan PKP  bersama penilai 2/ supervisor 2.
 3.  Mereview RKH dan refleksi yang dibuat mahasiswa.
 4. Mereview hasil penilaian dalam APKG 1 dan APKG 2   bersama supervisor 2.
c.   Tugas penilai 2 / Supervisor 2.
      1. Menilai RKH yang dibuat mahasiswa dan melaksanakannya   menggunakan APKG 1 dan APKG 2 bersama supervisor 1.
      2.  Menilai laporan PKP bersama supervisor 1.
                      d.   Prosedur Pengembangan.
                Kegiatan akhir yang dilakukan oleh anak selama ± 30 menit. Guru menjelaskan kegiatan bermain serta langkah-langkah dalam kegiatan bermain.Selanjutnya gurumeminta anak untuk melakukan kegiatan bermain yaitu kucing dan tikus. Guru memperhatikan serta memberi nilai dari hasil kegiatan  yang dilakukan oleh anak.
c.   Pengamatan Pra Siklus.
      Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada prasiklus, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.   Anak masih bingung tentang aturan bermain.
b.   Anak kurang antusias.
c.  Hasil yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran hanya mencapai 30% saja dari keseluruhan.
d.   Kegiatan bermain yang digunakan penulis kurang menarik.
e.   Pemberian  penjelasan   kurang  menarik  minat  dan  pemahaman anak.
d.   Refleksi Pra Siklus.
   1.  Kelebihan
     a. Kegiatan   yang   dilakukan   sudah   sesuai   dengan   rencana kegiatan perbaikan pembelajaran dan sesuai dengan indikator perkembangan sosial emosional untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
                      b.  Penggunaan kegiatan bermain merupakan cara yang tepat  karena disukai anak-anak serta banyak manfaat.
               2.   Kekurangan
 a.   Hasil belajar belum sesuai dengan tujuan.
   b. Hanya beberapa anak saja yang sudah dapat bermain denganbenar dengan hasil 30% sehingga belum maksimal.
 c.  Demonstrasi kegiatan perbaikan pembelajaran belum berhasil.
 d. Anak kurang merasa antusias dan senang untuk melakukan kegiatan bermain.
Tabel 3.3
Tabel 1. Hasil Pelaksanaan  Prasiklus
Nilai
Jumlah Anak
Prosentasi
Keberhasilan (%)
● = Baik
6
30%
√ = Cukup
6
30%
0 = Kurang
8
40%

               Ket:
                                ●=Baik
                 √=Cukup
      0=Kurang

Dengan demikian kegiatan akhir pembelajaran pada prasiklus yang dilakukan pada tanggal 17 maret 2014 selama ± 30 menit oleh penulis mendapat hasil penelitian hingga 30% anak yang dapat melakukan kegiatan dengan baik, 30% anak yang cukup dapat melakukan kegiatan dan sisanya 40% anak yang belum atau tidak melakukan kegiatan dalam bermain, sehingga hasil dari pelaksanaan prasiklus tidak sesuai dengan tujuan perbaikan, dan untuk itu penulis akan melakukan penelitian pada siklus-siklus selanjutnya untuk mencari penyebab kegagalan dankeberhasilan serta  dalam   perbaikan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan harapan penulis.
2.   Deskripsi Siklus I
a.  Perencanaan Siklus I.
1.  Tindakan yang akan dilakukan atau alternatif perbaikan.
                  Tindakan perbaikan yang dilakukan karena adanya permasalahan yang terjadi dan masih belum terpecahkan pada siklus sebelumnya. Masalah-masalah yang terjadi pada prasiklus selanjutnya akan dicari penyebabnya dan pemecahan masalahnya pada siklus I.
2.  Langkah-langkah perbaikan
a. Guru memperlihatkan kepadaanak batu kecil atau kerikil yang akan digunakan dalam bermain.
                           b. Guru menjelaskan kepada anak dalam kegiatan bermain.
                           c. Guru menjelaskan cara bermain.
                           d. Guru memberi contoh cara bermain.
                           e. Guru meminta anak untuk melakukan permainan.
                           f.  Guru memperhatikan dan menilai hasil kegiatan anak bermain.
b.  Pelaksanaan Siklus I
1.  Prosedur Pelaksanaan PTK
                     Pelaksanaan kegiatan penelitian dikelas dinilai oleh penilai
atau supervisor 1 dan supervisor 2. Supervisor 1 adalah pembimbing yang telah ditunjuk oleh UPBJJ setempat. Sedangkan supervisor 2 adalah penilai yang berstatus kepala sekolah yang berasal dari sekolah tersebut atau tempat lain dimana mahasiswa melakukan praktek penelitian. Supervisor 2 ditunjuk oleh mahasiswa langsung dan sudah disetujui oleh
supervisor 1.
2.  Tugas Penilai 1 / Supervisor 1.
Membimbing mahasiswa dan mensurvei dalam PKP, dan sebelumnya sudah dijelaskan dalam prosedur pelaksanaan pada prasiklus.
                     3.   Tugas Penilai 2 / Supervisor 2.
                           a.  Menilai RKH yang dibuat mahasiswa dan melaksanakannya menggunakan APKG 1 dan APKG 2.
                           b.   Menilai laporan PKP bersama supervisor 1.
                     4.   Prosedur Pengembangan.
                                        Kegiatan akhir yang dilakukan anak selama ± 30 menit. Guru mengkondisikan anak membentuk lingkaran, kemudian guru menjelaskan dengan memberi contoh kepada anak dalam kegiatan bermain, menyuruh  anak untuk melakukan permainan guru memperhatikan anak sambil menilai hasil kegiatan bermain dari setiap anak. Semua anak mendapat kesempatan bermain tapi hasil yang diperoleh belum optimal.
c.  Pengamatan Siklus I.
Berdasarkan pengamatan penulis dalam melaksanakan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Anak   mulai   dapat   mengekspresikan  diri   dalam  melakukan kegiatan bermain.
2.    Anak sudah dapat menunjukkan sikap mandiri.
3.  Ada  beberapa  anak yang  belum  dapat  melakukan  kegiatan  bermain.
4.  Anak  memahami   penjelasan  guru   tentang kegiatan yang   dilakukan.
d.  Refleksi Siklus I.
1.   Hasil belajar sesuai dengan tujuan.
2.   Anak merasa senang dan antusias.
3.   Demonstrasi kegiatan perbaikan berhasil.
Adapun kelebihan dan kelemahan penelitian yang terjadi pada siklus   adalah : 
a.  Kelebihan
1. Anak  merasa  senang  karena  media yang digunakan  adalah  pemberian contoh.
2.   Anak merasa senang karena permainannya menarik.
3.   Anak sudah mulai menunjukkan rasa percaya dirinya.
4. Kegiatan pengembangan  sudah sesuai dengan kegiatan pelaksanaan.
5.   Hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan.
b.  Kelemahan.
1. Ada beberapa anak yang  belum  paham akanlangkah langkah dalam melakukan kegiatan bermain gepuk-gepuk watu.
2.  Media yang digunakan kurang menarik.
3.   Kurangnya motivasi dari guru.
4.   Guru kurang mengkoordinasikan anak.
5.   Pemberian contoh kurang jelas.
6.   Guru kurang memperhatikan anak.
7. Guru   kurang memberikan pertanyaanyang  membangun    motivasi

Tabel.2. Hasil Pelaksanaan Siklus I
Nilai
Jumlah Anak
Prosentasi
Keberhasilan (%)
● = Baik
14
70%
√ = Cukup
4
20%
0 = Kurang
2
10%
Jumlah
20
100%

       Ket:
  ●=Baik
√=Cukup
0=Kurang


           Dari hasil yang diperoleh saat melakukaan penelitian pada siklus Itanggal 17 Maret 2014 meningkat, yang tadinya hanya 30% menjadi 70%. Dengan demikian hasil yang diperoleh sudah baik. Namun belum sesuai dengan harapanpenulis, sehingga
penulis masih melakukan penelitian pada siklus selanjutnya untuk mendapat hasil yang optimal sesuai dengan yang diharapkan penulis sendiri.

3.  Deskripsi Siklus II
a.  Perencanaan Siklus II
1.  Tindakan yang akan dilakukan  / Alternatif.
Kegiatan perbaikan pada siklus II merupakan perbaikan untuk mencari permasalahan yang terjadi pada prasiklus dan direfleksikan untuk mencari penyebab dan permasalahan pada siklus I, kemudian permasalahan-permasalahan yang masih belum terselesaikan pada prasiklus dan siklus I akan dicari penyebab dan pemecahan masalah pada siklus II.
2.  Langkah-langkah Perbaikan.
a. Guru  mengkoordinasikan  anak berhadap-hadapan  sambil bergandengan tangan.
b. Guru meminta padaanak untuk  mendengarkanpenjelasannya.
c. Guru membuka kegiatan dengan menyampaikan tema pada hari ini.
d. Guru menjelaskan apa saja yang ada dalam permainan.
e. Guru memberi contoh dan cara bermain yang benar agar tidak kalah dengan grup lawan.
f. Setelah anak-anak tertarik melakukan kegiatan tersebut nanti grup yang menang mendapat hadiah dan yang kalah disuruh menyanyi.
g. Guru   memanggil  grup  pertamadengan  sebutan  televise sambil tepuk tangan sedang grup yang kedua dengan sebutan telepon, agar anak lebih semangat.
h. Guru meminta anak melakukan kegiatan bermain.
i. Guru memberi bantuan kepada anak yang masih membutuhkan.
j. Guru  memotivasi  anak berupa pernyataan positif kegiatan yang dilakukan anak.
k. Guru   mencatatyang   dilakukananak   saat   melakukan   kegiatan   bermain.
l.   Guru menilai hasil kegiatan anak.
                 m. Guru menyuruh anak duduk dan mengulas kegiatan yang sudah dilakukan.
b.  Pelaksanaan Siklus II.
1.  Prosedur Pelaksanaan PTK. pada siklus II sama dengan prosedur  yang dilaksanakan pada siklus-siklus sebelumnya, yaitu dinilai oleh kepala sekolah yang menjadi supervisor 2.
2.  Tugas Penilai1 dan Supervisor 2 menilai rancangan satu siklus ke tiap siklusnya.
3. Prosedur Pengembangan Pada  kegiatan  akhir  yang  dilakukan  selama ± 30  menit,  guru mengkoordinasikan anak dan menjelaskan kegiatan bermain, langkah-langkah dalam bermain anak dibagi dua grup masing-masing berhadap-hadapan, berjajar kesamping tangan dipinggang saling terkait dengan tengan temannya disebelah kanan dan kiri, sambil bernyanyi tiap grup maju mundur bergantian dengan lutut diangkat seperti jalan paskibraka.. Grup pertama akan bertanya pada grup kedua “sedang apa sedang apa sedang apa sekarang, sekarang sedang apa sedang apa sekarang”. Grup kedua harus menjawab sesuai pertanyaan grup lawan misal : “ sedang makan sedang makan sedang makan sekarang, sekarang makan apa makan apa sekarang” jika grup yang tidak bisa menjawab pertanyaan lawan berikutnya   maka yang kalah.
c.  Pengamatan Siklus II. 
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis dalam pelaksanaan perbaikan pada siklus II, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Anak dapat bermain dengan benar.
2.   Anak memahami cara atau aturan dalam bermain tegur sapa.
3.   Anak dapat berinteraksi dengan teman.
4.  Anak sudah dapat menunjukkan rasa percaya diri.
5.   Anak dapat lebih aktif dalam kegiatan bermain.
6.   Anak dapat pengalaman baru dalam permainan.
7.   Anak juga dapat menerapkan dirumah bersama teman-teman.
8.   Anak sudah dapat mengendalikan emosinya (perilaku insecure).
d.  Refleksi Siklus II
1.   Hasil belajar sudah sesuai dengan tujuan.
2.   Anak merasa lebih senang dan antusias.
3.   Kegiatan perbaikan pembelajaran  berhasil.
Adapun kelebihan dan kelemahan yang terjadi pada saat kegiatan   penelitian siklus II adalah sebagai berikut :
    a.  Kelebihan
   1.  Anak  merasa   lebih senang  dan antusias untuk melakukan  kegiatan  bermain setelah melihat permainan yang digunakan  (bermain tegur sapa)
    2.   Anak merasa senang karena metode bermainnya bervariasi.
    3.  Anak  dapat mengembangkan  keterampilan fisik motoriknya  sertabahasa, kognitif dan aspek sosial emosionalnya.
    4.   Hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan penulis.
                       b.  Kelemahan
    1. Ada satu anakyangbelummampu melakukantugas dengan benar dikarenakan anak  tersebut memang  benar-benar nakal, dia selalu mengganggu temannya yang sedang bermain, bila guru mendekati dan memeluk, ia malah lari dan mengganggu anak yang lainnya.
                          2.  Dan satuanak  yang  belum  mampu   melakukan  kegiatan tugas tersebut memang ia mempunyai kebutuhan khusus, sehingga susah diatur dan bila dibiarkan ia dapat mengganggu temannya.
Tabel.3. Hasil Pelaksanaan Siklus II
Nilai
Jumlah Anak
Prosentase
Keberhasilan (%)
● = Baik
19
95%
√ = Cukup
1
5%
0 = Kurang
-
0%
Jumlah
20
100%

Ket:
●=Baik
√=Cukup
0=Kurang

Dengan demikian penelitian yang dilakukan oleh penulis dari Psrasiklus berlanjut ke Siklus I dan Siklus II, penulis mendapatkan hasil yangsesuai denganharapan, yaitu Prasiklus : 30% Siklus I : 70% dan Siklus II : 95% karena penulis memutuskan hasil dari penelitian ini sudah sesuai
IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Data Hasil Penelitian Persiklus
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan di TK MUSLIMAT NU Pecakaran dari prasiklus, siklus I dan siklus II, penulis menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan pada masing-masing siklus meliputi penilaian perbaikan pembelajaran dan hasil belajar anak.
1.  Data Deskripsi Persiklus.
Dalam hal ini penulis akan menyajikan hasil penelitian dari setiap siklusnya yang disajikan dalam bentuk uraian dari setiap siklusnya disertai pembahasan secara langsung. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemahaman bagi penulis dan para pembaca. Dengan demikian pembaca akan mudah menarik kesimpulan dari setiap perbaikan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
a.    Data Deskripsi Prasiklus dan Data Hasil Penelitian Prasiklus.
1.  Data Deskripsi Prasiklus.
Prasiklus dilakasanakan pada tanggal 17 Maret 2014, kegiatan pembelajaran dari jam 07.30-10.00 WIB di TK MUSLIMAT NU Pecakaran dengan tujuan untukmembentuk sosial emosional anak agar lebih berani, optimis dan percaya diri. Dengan menggunakan indikator pengembangan sosem 1, mulai mengajak teman untuk bermain. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang dilakukan oleh penulis.
Dalam pelaksanaan padaprasiklus ini penulis dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati tingkat keberhasilan dan kegagalan selama proses pembelajaran berlangsung. Setelah kegiatan pada prasiklus selesai, maka penulis akan melakukan analisa dan mencari tingkat keberhasilan dan kegagalan pada prasiklus.
2.   Data Hasil Prasiklus
Untuk mempermudah penulis dalam mencari tindakan atau cara yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran selanjutnya, sedangkan untuk melihat pada prasiklus penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel dan grafik
Tabel 1. Keberhasilan Prasiklus
No
Nilai
Jumlah
Anak
Prosentase
Keberhasilan
(%)
1
● = Baik
6
30%
2
√ = Cukup
6
30%
3
0 = Kurang
8
40%

Jumlah
20
100%


              Ket. Kriteria :
         ●=Baik
       √=Cukup
     0=Kurang

             Hasil yang diperoleh penulis saat melakukan penelitian tindakan pembelajaran pada prasiklus adalah 30% dari keseluruhan, sehingga hasilnya belum maksimal.
b.   Data  Deskripsi  Siklus I, Data Hasil Penelitian Siklus I dan Hasil Refleksi Pada Siklus I.
1.   Deskripsi siklus I.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17-21 Maret 2014. Sebelum kegiatanperbaikan  dilakukan, penulis melakukan susunan rencana perbaikan pembelajaran dengan berdiskusi bersama penilai 2 / supervisor 2 mengenai berbagai hal yang harus disiapkan pada proses perbaikan pembelajaran. Untuk meningkatkan sosial emosional anak, Penulis menggunakan pengembangankegiatan pada indikator sosem 1: mulai mengajak teman bermain.Indikator ini dipilih oleh penulis dengan alasan kegiatan didalamnya dapat menumbuh kembangkan rasa ercaya diri pada anak. kegiatan yang diambil oleh penulis adalah permainan gepuk-gepuk watu. Perbaikan ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara kelompok dan individual.
Dalam pelaksanaan perbaikan penulis dibantu oleh teman sejawat dan supervisor 2 untuk mengamati keberhasilan dan kegagalan selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung. Setelah pelaksanaan pada siklus I selesai kemudian penulis melakukan analisa dan mencari tingkat keberhasilan dan kegagalan pada setiap kegiatan yang dilaksanakan  mulai dari awal hingga kegiatan sampai akhir kegiatan dalam siklus I.
2.   Data hasil penelitian siklus I.
Hasil yang diperoleh pada siklus I adalah rangkuman penilaian anak yang disajikan dalam bentuk table dan grafik.
a.   Tabel Aktivitas Siswa dan Guru Pada Siklus I.
Tabel a.1. Aktivitas-aktivitas Siswa pada Siklus I
              Aktivitas siswa yang menjadi fokus observasi pada perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :



No
Aktivitas siswa
Skor / nilai
Jml
1
2
3
4
5
1.



Anak belum paham
tentang langkah-
langkah kegiatan
bermain





2.
Anak masih malu dalam bermain





3.

Anak  merasa takut dalam bermain





4.
Mengganggu teman





5.
Anak bermain sendiri





6.
Bicara sendiri-sendiri





7.
Tidak percaya diri








4
9
8

20
                          Skor / nilai : (4+ 9 +8) : 7=3
Keterangan :
1 =sangat kurang                       4 =baik
2 =kurang                                  5 =sangat baik
3 =cukup
Berdasarkan tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa aktivitas anak pada proses kegiatan  perbaikan  pembelajaran pada siklus I masih kurang. Hal ini bisa disebabkan karena :
1.  Anak  belum  paham tentang  langkah-langkah  kegiatan bermain  karena  mereka tidak memperhatikan penjelasan guru.
2.   Anak masih malu karena kurang percaya diri.
3. Anak merasa takut karena belum bisa mengendalikan perasaan.
4.  Anak  mengganggu  teman karena kurangnya perhatian dari guru.
5.  Anak bermain sendiri  karenamedia yang digunakan  kurang menarik.
6.   Anak  berbicara sendiri karena permainannya kurang menarik.
7.  Anak  tidak  percaya  diri  dikarenakan   kurangnya   motivasi dari guru.
Tabel a.2 Aktivitas-aktivitas Guru pada Siklus I
Aktivitas  guru  yang  menjadi  fokus observasi yang memerlukan perbaikan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No
Aktivitas Guru
Skor / Nilai
Jml
1
2
3
4
5
1.
Guru mengganti
metode cerita menjadi
metode pemberian contoh





2.
Guru memotivasi anak





3.
Guru menunjukkan empati dan dukungan





4.
Guru lebih
memperhatikan anak





5.
Guru menggunakan media yang menarik





6.
Guru mengganti model permainan





7.
Guru meningkatkan rasa percaya diri anak








2
12
8

22
Skor / nilai = (2 + 12 + 8) : 7 = 3.14
Keterangan :
1 = sangat kurang               3=cukup         5 = sangat baik
2 = kurang                          4 =  baik
         Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam proses perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus I sudah cukup . Hal ini dapat dilihat seperti berikut :
1.  Guru mengganti metode cerita dengan metode pemberian contoh sehingga anak lebih memahami aturan dalam permainan.
2. Guru memberi perhatian pada anak yang merasa malu sehingga anak dapat mengatasi rasa malu.
3. Gurumenunjukkan empati dan dukungan serta memberi penghargaan terhadap keberanian yang dicapai anak.
4. Guru lebih mengkondsikan  anak sehingga anak tidak mengganggu teman-temannya yang sedang melakukan kegiatan bermain.  
5. Guru menggunakan media yang menarik agar anak merasa tertarik untuk melakukan kegiatan bermain.
6.   Guru mengganti model permainan supaya anak lebih antusias dalam bermain.
7.  Guru meningkatkan rasa percaya diri anak agar anak merasa termotivasi untuk melakukan sesuatu yang terbaik.
b.   Tabel dan Grafik Keberhasilan pada Sklus I.
Tabel b.1. Tabel Keberhasilan pada Siklus I
No
Nilai
Jumlah
Anak
Prosentase
Keberhasilan
(%)
1
● = Baik
14
70%
2
√ = Cukup
4
20%
3
0 =  Kurang
2
10%


20
100%
               Ket :
               ●=Baik
            √=Cukup
               0=Kurang




                  3.   Data Hasil Refleksi Siklus I.
            Setelah melakukan perbaikan kegiatan pembelajaran serta
   skor / nilai formatif, untuk itu penulis akan melakukan refleksi   untuk menemukan kelebihan dan kelemahan pada waktu melakukan   proses perbaikan kegiatan  pembelajaran  berlangsung.
                       a.    Kelebihan pada siklus I.
1.   Rencana  pembelajaran  sudah  sesuai  dengan  susunan dan langkah-langkah perbaikan dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional..
2.   Sudah  menggunakan   aturan   dalam  kegiatan yang sesuai dalam menyampaikan isi kegiatan pembelajaran yaitu menggunakan kegiatan bermain.
3.   Menggunakan   media   dan   alat   yang  telah  tersedia  dan mudah didapat serta disenangi oleh anak-anak.
b.   Kelemahan pada Siklus I.
1.   Dalam  mengkoordinsikan anak dan penataan ruang kurang mendukung, sehingga kegiatan bermain tidak sesuai harapan.
2.   Media yang digunakan kurang menarik minat anak.
3.  Guru kurang menguasai  metode  cerita,   sehingga masih banyak anak yang belum paham pesan yang disampaikan tidak mengena pada anak.
c.   Data Refleksi Siklus II, Data Hasil Penelitian Siklus II dan Data HasilRefleksi Siklus II.
1.   Data Deskripsi Siklus II.
            Sebelum melaksanakan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 21-24 Maret 2014 jam 07.30-10.00 WIB di TK MUSLIMAT NU Pecakaran, penulis menyusun rancangan perbaikan. Indikator pengembangan yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan pada siklus I, hanya kegiatan bermainnya yang berbeda-beda.
                                    Dalam pelaksanaan perbaikan juga masih sama dengan waktu pelaksanaan Siklus I yaitu selama kegiatan pembelajaran ini berlangsung, penulis meminta teman sejawat dan supervisor 2 untuk mengamati segala kejadian pada saat kegiatan perbaikan, yaitu untuk mengamati keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan perbaikan yang dilakukan oleh penulis. Pada saat kegiatan ini berlangsung, penulis meminta Rokhaetun sebagai teman sejawat dan Ibu Nur Khasanah, S.Pd.AUD sebagai penilai 2 / supervisor 2.Yang menilai APKG – PKP 1 dan APKG-PKP 2.
                        Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II, penulis kembali menganalisa data yang diperoleh dari supervisor 2 dan merefleksi keberhasilan maupun kegagalan dari tindakan perbaikan tersebut. Selanjutnya penulis menyusun laporan penelitian darihasil yang diperolehsaat melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus ini.
                 2.   Data Hasil Penelitian Siklus II
                        Data hasil penelitian pada siklus II yang diperoleh penulis saat melakukan kegiatan tersebut meliputi :
a.       Tabel  Aktivitas  Siswa pada siklus  II dan Aktivitas Guru pada   Siklus II.
Tabel a.1. Tabel Aktivitas Siswa pada Sklus II
No
Aktivitas Siswa
Skor / nilai
Jml
1
2
3
4
5
1.
Anak belum paham dalam mengikuti kegiatan bermain





2.
Anak masih malu dalam bermain





3.
Anak merasa takut dalam bermain





4.
Mengganggu teman-teman.





5.
Anak bermain sendiri





6.
Anak berbicara sendiri.





7.
Tidak percaya sendiri.









3
16
10
29
Skor / nilai = (3 + 16 + 10) : 7 = 4.14
Keterangan :
1 = sangat kurang                         4 = baik
2 = kurang                                    5 = sangat baik
3 = cukup
               Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aktivitas anak pada saat kegiatan pembelajaran sudah baik dari siklus I, dalam arti pelaksanaan kegiatan perbaikan pada siklus II ini sudah berhasil.



b.      Tabel Aktivitas Guru pada Siklus II.
Ada beberapa ativitas dari guru yang memerlukan perbaikan pada proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut :
                              b.1. Tabel Aktivitas Guru pada Siklus 2
No
Aktivitas Guru
Skor / nilai
Jml
1
2
3
4
5
1.
Guru mengkoordinasikan
anak dengan duduk melingkar saat
memberikan penjelasan





2.
Guru memotivasi anak.





3.
Guru menunjukkan
empati dan dukungan





4.
Guru memberi reward





5.
Guru menggunakan permainan yang lebih menarik





6.
Guru meningkatkan rasa percaya diri anak.





7.
Guru lebih memperhatikan anak







-
-
-
16
15
31

Skor / nilai = (16 + 15 ) : 7 = 4,42
Keterangan :
1 = sangat kurang                     4 = baik
2 = kurang                                5 = sangat baik
3 = cukup
              Berdasarkan tabel diatas aktivitas guru pada siklus II
Sudah baik dengan nilai 4,42. Tetapi bagi seorang guru harus selalu meningkatkan kemampuan membimbing anak didiknya dan meningkatkan sosial emosional anak serta meningkatkan rasa percaya dirianak dalam melakukan kegiatan pembelajaran atau proses belajar mengajar.
c.         Tabel Keberhasilan  Anak pada Siklus II
c.1. Tabel Keberhasilan Anak pada Siklus II
No
Nilai
Jumlah
Anak
Prosentase
Keberhasilan
(%)
1
● = Baik
19
95%
2
√ = Cukup
1
5%
3
Ο = Kurang
-
0%


20
100%

Ket :
●= Baik
√= Cukup
Ο= Kurang



3.      Hasil Refleksi Siklus II
a.        Kelebihan Siklus II
1.      Anak merasa senang dan antusias karena permainannya bervariasi.
2.      Anak sudah dapat mengendalikan emosinya.
3.      Anak sudah dapat menunjukkan rasa percaya dirinya.
b.       Kekurangan Siklus II
                               Masih ada anak yang belum mampu melakukan kegiatan    dengan benar.
2.   Rangkuman Data Peningkatan Keberhasilan Penelitian Prasiklus, Siklus I dan Siklus II.
              Rangkuman data hasil penelitian yang telah diperoleh penulis akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
              a.1. Tabel Rangkuman Data Hasil Penelitian pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Kemampuan
Anak
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
О
Ket
О
Ket
О
Ket
Jumlah anak
6
6
8

14
4
2

19
1
-

Prosentase
Keberhasilan
(%)
30%
30%
40%

70%
20%
10%

95%
5%


                               Berdasarkan keterangan dari data yang diperoleh pada tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh penulis ketika melakukan penelitian meningkat dari prasiklus sampai siklus II. Jadi peneliti dapat dikatakan berhasil.
B.     Pembahasan dari Setiap Siklus
       Berdasarkan hasil yang diperoleh dari proses penelitian, maka penulis menyajikan hasil pembahasan sebagai berikut :
1.  Pembahasan Siklus I.
a. Aktivitas  belajar  anak  meningkat.Ini terlihat anak sudah mulai aktif    dalam mengikuti kegiatanbermain. Anak merasa senang dengan permainan yang digunakan menarik.
b. Setelah   melaksanakan  kegiatan   perbaikan  pada  siklus  I  hasilnya proses kegiatan anak meningkat. Sudah banyak anak yang aktif dan percaya diri.
c. Hasil kegiatan siswa mencapai 70%, namun hasil tersebut belum sesuai dengan harapan penulis, sehingga proses perbaikan anak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
d. Kekurangan pada kegiatan siklus I yaitu guru kurang maksimal dalam menggunakan alat permainan, sehingga kurang menarik antusias anak.
e.  Kurangnya pengelolaan kelas dan penataan kelas, sehingga masih ada beberapa anak yang masih mengganggu.
2.  Pembahasan Siklus II
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II sudah  baik walaupun belum maksimal 100% tapi sudah sesuai dengan harapan. Hal ini berdasar karena tiap-tiap anak mempunyai kepekaan yang berbeda-beda.
a.  Anak sudah baik dalam kegiatan bermain.
b. Anak  sudah dapat berperan aktif dalam permainan bersama teman- teman.
c. Anak sudah dapat bermain dengan benar dari yang paling sederhana  sampai yang lebih sulit.
d. Anak merasa senang dan lebih antusias denganpermaianan  baru.
Berdasarkan hasil pembahasan pada siklus II, penulis merasa  sudah berhasil dalam melaksanakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Untuk itu penulis tidak meneruskan kegiatan perbaikan pada siklus selanjutnya.
         Bermain merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan bagi  anak dan banyak manfaat, diantaranya :
     1.    Bermain   memicu  kreativitas,  karena  dapat  dipandang sebagai suatu  aspek dari pemecahan masalah yang mempunyai akar   dalam bermain.
     2.    Bermain   mencerdaskan  otak,  bermain  merupakan  media  yang sangat penting bagi proses berpikir anak dan membantu  perkembangan kognitif anak.
     3.     Bermain dapat menanggulangi konflik. Tingkah laku yang sering  muncul kepermukaan adalah tingkah laku menolak, bersaing , agresif, bertengkar, meniru, kerjasama, egois, marah, ngambek dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial mereka.
     4.   Bermain dapat melatih empati,  yaitu seseorang yang merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain.
5.  Bermain  dapat mengasah panca indra, yaitupenglihatan,  pendengaran, penciuman, pengucapan dan perabaan.
                   6.   Bermain   sebagai  media  terapi, yaitu salah satu cara untuk mengatasi masalah konflik dan kecemasannya.
7.      Bermain itu melakukan penemuan.
8.      Bermain adalah belajar dan belajar seraya bermain.
         Dengan demikian kegiatan bermain adalah kegiatan yang tepat untuk mengatasi anak yang berperilaku insecure yaitu penakut, rendah diri dan pemalu. Dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dilakukan dari yang paling mudah hingga ke yang lebih sulit. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara kelompok dan individu, serta penataan ruang dan kegiatan yang bervariasi akan dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat optimal karena anak merasa senang dan antusias dalam mengikuti kegiatan bermain.
V.  KESIMPULAN
A.  Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dibahas melalui perbaikan pembelajaran. Upaya meningkatkan rasa percaya diri serta kemandirian anak dengan menggunakan kegiatan bermain dengan berbagai permainan dapat menanggulangi anak yang berperilaku insecure (penakut, rendah diri,pemalu).
Dari uraian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan kegiatan bermain dapat membantu anak untuk mengenal dirinya juga lingkungan sekitarnya. Serta memungkinkan anak lebih baik lagi, karena kegiatan bermain sangatlah penting pengadaannya untuk meningkatkan rasa percaya diri dan sikap mandiri pada anak.
Tingkat pencapaian perkembangan sosial emosional anak sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran masih sangat rendah yaitu hanya 30% dari  20 anak yang rasa percaya dirinya itu sesuai harapan, akan tetapi setelah dilakukan perbaikan pembelajaran persiklusnya semakin meningkat yaitu pada pada Siklus I mencapai 70% dan pada Siklus II mencapai 95%. Hal ini terbukti bahwa kegiatan bermain dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian anak dalam setiap siklusnya. Terutama peran guru sangatlah penting untuk memotivasi dan meningkatkan pemahaman anak tentang berbagai hal untuk mengatur tingkat keberhasilan anak yang lebih baik lagi.
B.   Saran
Berdasarkan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menindaklanjuti hasil-hasil penelitian dengan judul tersebut diatas diharapkan agar dapat mengembangkan indikator-indikator yang ditentukan. Seorang guru hendaknya mendampingi dan membimbing saat kegiatan pembelajaran serta memotivasi dan memberikan penjelasan tentang aturan-aturan main dengan bahasa yang mudah dimengerti dan diingat anak. Penelitian harus selalu dilakukan oleh guru agar dapat melihat sejauh mana tingkat perkembangan setiap anak didiknya untuk dijadikan fokus observasi sekaligus menjadi laporan bagi orang tuanya dirumah.
Segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan perbaikan yang sekiranya dapat meningkatkan kemampuan anak hendaknya disampaikan kepada rekan-rekan pendidik lainnya sehingga dapat memberikan masukan tentang strategi dalam proses kegiatan belajar  mengajar. Jika teman pendidik yang menemukan permasalahan seperti yang dipaparkan diatas, bisa diselesaikan dengan cara-cara yang penulis sampaikan.
Demikianlah beberapa kesimpulan dan saran yang disampaikan oleh penulis, semoga hasil dari kegiatan perbaikan pembelajaran atau penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri maupun pembaca sekalian.   
DAFTAR PUSTAKA
Ali Nugraha, dkk. 2009. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Cet.13 Jakarta: Universitas Terbuka
B.E.F Montolalu , dkk. 2010. Bermain dan Permainan Anak. Cet.12; Jakarta : Universitas Terbuka.
Hurlock, B. Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak jilid 1.  (Terjemahan: Med Meitasari Tjandrasa bad Muchlihah Zarkasih).  Jakarta:  PT. Gelora Aksara Pratama.
Ilham, MM dkk. 2010. Kamus Bahasa Indonesia. Cet.1; Mitrajaya Publisher: Surabaya.
Khusna Hazarika. http//www.Upaya Penanganan Permasalahan Anak.com
Rini Hildayani, dkk. 2010. Penanganan Anak berkelainan (anak dengan kebutuhan khusus). Cetakan 10 Ed. 1 Jakarta; Universitas Terbuka)
Siti Aisyah, dkk. 2011. Perkembangan dan Kosep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Ce.11; Ed.1 Jakarta: Universitas Terbuka.
Winda Gunarti, dkk. 2012. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak usia Dini. Cet.8; Ed.1 Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.




Comments

Popular Posts