contoh analaisis mengelompokkan bola



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka  14 menyebutkan bahwa  Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Dikdasmen, 2010 : 1). Cakupan program pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 meliputi bidang pembentukan perilaku yang terdiri dari dua lingkup aspek perkembangan yaitu nilai-nilai agama dan moral (NAM) dan sosial emosional, dan bidang kemampuan dasar yang terdiri dari tiga lingkup perkembangan yaitu aspek berbahasa, kognitif dan fisik.
Aspek perkembangan anak harus dikembangkan sejak dini yakni ketika masa peka atau  the  golden age  (0-8 tahun) dimana aspek kemampuan anak berkembang dengan pesat. Salah satu aspek perkembangan anak yang sangat penting untuk dikembangkan adalah perkembangan kognitif. Tujuan dari pengembangan kognitif adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah apa yang telah diajarkan padanya, berlatih memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-milah, mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir secara teliti (Dikdasmen, 2010 : 18).  Agar perkembangan kognitif anak dapat berkembang secara optimal, perlu adanya pemberian stimulasi yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
Lingkup pengembangan kognitif anak salah satunya adalah pembelajaran matematika. Piaget  dalam Slamet Suyanto (2005: 157) mengungkapkan  “tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini adalah belajar berpikir logis dan matematis (logico-mathematical learning).....”.
Anak harus sudah mulai diasah kemampuan klasifikasi dalam hal yang konkret berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran. Misalnya,  dimulai dari melatih anak membereskan mainan berdasarkan jenis, ukuran, bentuk, dan warna. Latihan klasifikasi juga bisa dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari seperti meletakan benda pada tempatnya dan mengelompokkannya. Leonard M. Kennedy dkk (2008 :141) mengatakan bahwa klasifikasi merupakan kemampuan yang penting dalam segala hal. Pada pembelajaran sains, anak dapat menyortir dan mengelompokkan objek tenggelam atau terapung dan benda hidup dan benda tak hidup. Dalam pembelajaran bahasa anak dapat menemukan kata bersajak yang memiliki konsonan sama dan suara yang sama.
Terkait dengan kemampuan klasifikasi, peneliti telah melakukan observasi awal pada salah satu KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, yakni Mengelompokkan Bola sesuai dengan Warna.
B.     Fokus Penelitiaan
Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan "Mengelompokkan Bola sesuai dengan warna".
C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.      Mengumpulkan data mengenai :
a.       Alasan pendidik melakukan kegiatan " Mengelompokkan Bola sesuai dengan warna ".
b.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut.
c.       Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.


D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan untuk Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk (2006), pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-pernyataan dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas, seperti keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa depan yang dekat.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa perkembangan kognitif anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kognitif, namun sedikitnya faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif dijelaskan sebagai berikut (Susanto, 2011: 59-60): (di kutip dari https://primazip. wordpress.com/2013/06/08/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini/)
1.      Faktor hereditas/keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa taraf inteligensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Para ahli psikologi Lehrin, Lindzey, dan Spuhier berpendapat bahwa taraf inteligensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
2.      Faktor lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Meskipun teorinya masih berada dalam perdebatan, namun teorinya yang disebut dengan teori tabularasa ini belum dapat sepenuhnya dipatahkan. Teori ini menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikitpun ini. Menurut John Locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan pendapat Locke, taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantoro melengkapi pendapat ini dengan menyebutkan bahwa seseorang dibentuk oleh perpaduan dari dasar dan ajar. Artinya bahwa seorang anak yang sudah memiliki dasar potensi bawaaan akan menjadi siapa dan seperti apakah dia juga dipengaruhi oleh faktor ekternal berupa ajar atau penagajaran yang diperolehnya dari lingkungan.
3.      Faktor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
4.      Faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat inteligen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk poenyesuaian diri.
5.      Faktor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan utnuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan memengaruhi tingkat kecerdasaannya. Artinya seseorang akan memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dana cepat memperlajarinya.
6.      Faktor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan masalah-masalah, juga bebas dalam memiilih masalah sesuai kebutuhannya.

C.    Bermain Mengelompokkan Bola sesuai Warna
Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli ilmu jiwa, karena terbatasnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangnya perhatian mereka pada perkembangan anak. Salah satu tokoh yang dianggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang bermain adalah Plato, seorang filsuf Yunani. Plato dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Menurut Plato, anak-anak akan lebih mudah mepelajari aritmatika dengan cara membagikan apel kepada anak-anak. Juga melalui pemberian alat permainan miniature balok-balok kepada anak usia tiga tahun pada akhirnya akan mengantar anak tersebut menjadi seorang ahli bangunan.
Seperti yang ada pada KB Baiturrahman Api-Api, bermain mengelompokkan bola sesuai warna bisa mencakup beberapa aspek perkembangan anak seperti kognitif, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional anak. Dimana hasil belajar yang akan dicapai anak adalah anak dapat memahami benda yang ada di sekitarnya menurut benda, ukuran dan jenisnya.
Kompetensi dasar dalam bermain mengelompokkan bola sesuai warna adalah agar anak mampu mengenal barbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan agar anak dapat membedakan warna, menyebutkan warna, dan anak dapat mengelompokkan benda berdasarkan warna.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak-anak, Pendidik, Pimpinan KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Adapun nama anak, Pendidik, dan Kepala KB terlampir.
B.       Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang di teliti di lapangan.
C.      Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Suharsimi Arikunto; 2006: 17–20). Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah lembar observasi dan panduan tes lisan. 
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :
1.      Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. Observasi dalam penelitian dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, selama dua jam pelajaran yaitu pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2015. Penelitian menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna di dalam keranjang.
2.      Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bisa digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pendidik dan Pimpinan Sekolah untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar kemampuan seni anak melalui pembelajaran Mengelompokkan Bola sesuai warna di dalam keranjang.
3.      Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data atau bukti-bukti serta penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian. Dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari dokumen, wawancara dan catatan yang ada hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data.                                                     


BAB IV
ANALISIS DATA
A.   Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
Observasi
Wawancara dengan guru
Wawancara dengan Pimpinan KB
Dokumentasi
Model pengembangan dengan sentra
Di KB Baiturrahman, model pengembangan pembelajaran yang sekarang dengan sentra.
Menggunakan sentra karena Lebih Mudah melakukan materi kegiatan
Di KB Baiturrahman, model pengembangan pembelajaran yang sekarang dengan sentra.
Menggunakan sentra karena Lebih Mudah melakukan materi kegiatan
RKH mencantumkan kegiatan Sentra
Penataan ruangan
anak duduk melingkar bersama guru sebelum masuk ke sentra, yang biasa di sebut circle time.
anak duduk melingkar bersama guru sebelum masuk ke sentra, yang biasa di sebut circle time.

Adanya kegiatan Mengelompokkan bola sesuai warna dengan bola kecil
bebas boleh kita menggunakan bola besar atau benda lainnya, hanya kalau dengan bola kecil bisa di pegang anak, selain itu bisa melatih motorik anak dalam menggenggam bola
Kegiatan tersebut untuk pengelan warna. untuk melatih motorik anak dalam menggenggam
Sesuai dengan Indikator yang ada, yaitu mengelompokkan benda sesuai warna
Pelaksanaan kegiatan melalui Demonstrasi
Agar anak mengerti aturan mainnya yang akan di masukkan dalam keranjang.
Agar anak mengerti aturan mainnya.

Orang tua tidak meninggalkan anak pada pendidik
Dengan cara bertahap yaitu ibu menjauhi anaknya sedikit demi sedikit dan reword dari pendidik bagi anak yang mau di tinggal oleh ibunya, tujuannya agar anak bisa mandiri
Tempat tinggal orang tua murid mayoritas jauh dan waktu pembelajarannya hanya sebentar, namun dalam pelaksanaan kegiatan orang tua tidak masuk ruang kelas.


B.     Analisis Kritis
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian maka diperoleh hasil dalam kegiatan mengelompokkan bola sesuai warna di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan adalah sebagai berikut :
Di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan guru melakukan kegiatan pembelajaran Mengelompokkan Bola sesuai warna yang dilakukan di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan diharapkan mampu mengembangkan Kognitif anak melalui media Bola dan anak bisa mengelompokkan bola yang sesuai dengan warna. Sejalan dengan pendapat dari Leonard M. Kennedy dkk (2008 :141) mengatakan bahwa klasifikasi merupakan kemampuan yang penting dalam segala hal.
Sejalan dengan pendapat dari Leonard M. Kennedy dkk (2008 :141) mengatakan bahwa klasifikasi merupakan kemampuan yang penting dalam segala hal. Di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan bahwa kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna dapat mengembangkan Kognitif  anak. Menurut Experential learning dari Roger (dalam Slamet Suyanto, 2005a: 131), belajar melalui dua tahap yaitu tahap kognitif dan tahap pengalaman. Tahap kognitif bersifat pengetahuan akademik melalui kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna ini diharapkan anak akan belajar tahap kognitif melalui pengetahuan dalam melakukan kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna
Hasil wawancara dengan Kepala KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan bahwa belajar melalui bermain balok dengan media pada hakekatnya menyenangkan yang menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar perintah guru.
Melalui kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna yang dilakukan di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan telah mempunyai kegiatan-kegiatan yang baik dan terarah. Kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga anak berkembang dengan optimal.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
1.      Pengembangan kemampuan yang dimiliki anak salah satunya dikembangkan melalui kegiatan Mengelompokkan Bola sesuai warna dengan media  sehingga anak dapat mengembangkan kreativitas dan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi.
2.      Lingkungan/pemetaan area berdasarkan tema di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan juga disiapkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pencapaian kemampuan yang dimiliki anak.
3.      Tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya.

B.     Saran-Saran
1.      Dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak melalui Mengelompokkan Bola sesuai warna hendaknya bahan perlengkapan yang ada jumlahnya memenuhi jumlah anak sehingga anak dapat bebas berkreasi.
2.      Pengembangan kemampuan yang dimiliki anak melalui Mengelompokkan Bola sesuai warna hendaknya pendidik terlibat langsung dengan anak untuk memberi motivasi dan bantuan anak ketika mengalami putus asa.

.



Daftar Pustaka
Monks F.J, Knoers A.M.P., & Hadintono Siti R. 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Arikunto, Suharsimi. 2006.  Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dikdasmen. (2010). Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemendiknas.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini . Jakarta: Kencana
Elok Ilma. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengklasifikasi Melalui Media Bola Pada Anak Usia Dini Kelompok B Usia 4 Tahun di Paud Bhakti Pertiwi Boja Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
Leonard M. Kennedy, Steve Tipps, Art Johnson. (2008).  Guiding Children’s Learning of Mathematic. United States of America: Thomson Wadsworth.
Pemerintah Republik Indonesia, (2003), Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.
Slamet Suyanto. (2005a). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan PendidikanTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
https://primazip.wordpress.com/2013/06/08/perkembangan-kognitif-anak-usia-dini/

Comments

Popular Posts