Contoh Makalah Analisis Finger Painting



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak usia dini merupakan usia emas (the golden age) yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang dimiliki anak. Pendidikan Anak Usia Dini telah dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam rangka menyiapkan generasi yang unggul dan tangguh. Usia dini merupakan masa yang sangat baik dimana anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan diperdengarkan serta diperlihatkan (Harun Rasyid, dkk. 2009: 152-153). Dalam Undang-undang RI  Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 ayat 14 Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Husein (dalam Sumantri, 2005: 2) pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh masyarakat sekitar.
Anak usia dini memiliki potensi yang beragam dan untuk mengembangkan potensi tersebut memerlukan bantuan dari orang lain khususnya orang dewasa. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pengembangan potensi ini, juga harus memeperhatikan kondisi sosial, kultur, keyakinan, dan kepercayaan, agama, serta nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan masyarakat di mana mereka berada (Harun Rasyid, dkk. 2009: 153). Oleh karena itu sebaiknya anak usia dini diberi stimulasi serta kegiatan yang dapat membantu mengembangkan dan mengoptimalkan potensinya. Pendidikan yang diberikan haruslah menarik, sesuai dengan fase pertumbuhan anak identik dengan usia bermain (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 30). Salah satu cara untuk membantu mengembangkan potensi anak adalah memasukkan anak ke dalam lembaga belajar seperti pendidikan anak usia dini.
Menurut Hajar Pamadi (2008: 10) finger painting adalah teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari–jari tangannya secara langsung. Di dalam kegiatan finger painting, anak dapat dengan bebas menuangkan imajinasi yang akan diwujudkannya. Kegiatan finger painting pada dasarnya mudah, tidak begitu rumit, serta tidak ada aturan baku untuk melakukan kegiatan tersebut. Hal yang harus dilakukan guru adalah memberikan memotivasi serta menumbuhkan keberanian  anak untuk melakukan kegiatan finger painting, yaitu untuk tidak takut tangannya kotor karena bubur warna. Menurut B.E.F Montolalu (2009: 17), finger painting dapat mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot tangan/ jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan mengombinasikan warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan, dan memupuk keindahan. Oleh sebab itu, peneliti ingin menganalisis seberapa jauh keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan finger painting pada anak KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan.
B.     Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan " Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting ".
B.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.      Mengumpulkan data mengenai :
a.       Alasan pendidik melakukan kegiatan "Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting".
b.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut.
c.       Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
2.      Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

C.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan adalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan serta informasi mengenai keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting. Sehingga akan dapat memberikan solusi bagi guru dalam memberikan kegiatan pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kemampuan motorik halus anak


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Keterampilan Motorik Halus
1.      Pengertian Keterampilan  Motorik Halus
Keterampilan motorik halus berperan penting dalam kehidupan anak. Dalam kehidupan sehari-hari anak tidak lepas dari kegiatan motorik halus. Keterampilan motorik halus menjadi salah satu keterampilan yang dikembangkan di taman kanak-kanak. Keterampilan dapat diuraikan dengan kata otomatik, cepat, dan akurat. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1978: 154). Untuk mencapai keterampilan motorik halus yang baik maka pendidik harus memberikan stimulasi kepada anak guna menunjang pencapaian keterampilan motorik halus yang optimal. Individu yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan imdividu yang tidak banyak mendapatkan stimulasi (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 14) Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan ini mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit, dan lain-lain (Sumantri, 2005:143).
Dini P. Daeng Sari (1996: 721) mengemukakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
2.      Perkembangan Keterampilan Motorik Halus
Setiap anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya (Hurlock, 1978: 33). Hal ini juga berlaku pada perkembangan keterampilan motorik halus anak. Peningkatan keterampilan motorik terjadi sejalan dengan meningkatnya kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki (Sumantri, 2005: 70). Perkembangan keterampilan motorik halus anak akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia anak. Perkembangan ketrampilan motorik anak juga sangat bergantung pada stimulasi yang diberikan terhadap anak.
Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi dan terspesialisasi (Sumantri, 2005: 46). Hurlock (1978: 23) mendefinisikan perkembangan sebagai deretan progresif dari perubahan yang koheren. Sedangkan Endang Poerwanti & Nur Widodo (2002: 27) mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmani.
Menurut Sumantri (2005: 47) “Perkembangan motorik adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan tidak terorganisasi dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan menyertai terjadinya proses menua ( menjadi tua )”.
Tujuan pengembangan motorik halus usia 4-6 tahun menurut Sumantri (2005:146) adalah sebagai berikut:
a.       Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b.      Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.
c.       Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.
d.      Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah agar anak mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jari jemari serta mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan sebagai persiapan untuk pengenalan menulis. Selain itu pengembangan motorik halus juga bertujuan agar anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan dengan baik. Berbagai pengembangan tersebut sangat baik dikembangkan pada masa kanak-kanak.
3.      Karakteristik Keterampilan Motorik Halus Anak TK
Anak usia dini dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis, dan inteligensinya dilalui lewat aktivitas gerak dalam bentuk bermain dan melakukan permainan. Perkembangan fisik dilakukan dengan berbagai gerak motorik kasar maupun halus seperti berlari, melempar, melukis dan menulis (Harun Rasyid, dkk.; 2009). Snowman (dalam Sumantri, 2005: 26) mengemukakan ciri anak usia dini pada aspek fisik adalah sebagai berikut ;
1)      Otot-otot besar dan kontrol terhadap motorik halus seperti jari tangan pada anak usia dini belum berkembang sempurna.
2)      Anak masih sering mengalami kesulitan apabila memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan mata masih kurang sempurna
3)      Walaupun tubuh anak lentur, tetapi struktur tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.
4)      Anak lelaki lebih besar dan anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini sangat membutuhkan stimulus dan bantuan dari orang dewasa untuk mengembangkan keterampilan motorik halusnya, oleh karena itu hendaknya pendidik dapat memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Dalam mengekspresikan diri melalui menggambar secara detail kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan hal tersebut menurut Mudjito (dalam kurikulum 2010: 43) antara lain:
a.         Mewarnai bentuk gambar sederhana
b.         Mewarnai benda tiga dimensi dengan berbagai media.
c.         Membatik dan jumputan.
d.        Melukis dengan jari (finger painting).
e.         Melukis dengan berbagai media (kuas,bulu ayam, daun).
Melalui kegiatan finger painting anak dapat bermain sekaligus belajar. Kegiatan finger painting akan membantu anak untuk belajar menggunakan jarinya untuk melukis. Anak akan bergairah menerima kegiatan pengembangan apabila kegiatan yang diberikan disukai oleh anak dan sesuai dengan tingkat usia dan perkembangannya (Sumantri, 2005: 106).
B.     Hakikat Finger Painting
             1.     Pengertian Finger Painting
Finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar, batasan jari di sini adalah semua jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan (Sumantri, 2005: 53). Sedangkan menurut Hajar Pamadi (2008: 10), finger painting adalah teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari–jari tangannya secara langsung.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa finger painting adalah kegiatan melukis secara langsung dengan jari tangan di atas bidang gambar dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara bebas. Dalam melakukan finger painting, anak dapat merasakan sensasi pada jari karena kegiatan ini langsung menggunakan jari-jari tangan. Pada dasarnya kegiatan finger painting sangat mudah dan tidak sulit untuk dilakukan oleh anak.
         2.         Tujuan dan Manfaat Finger Painting
Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan yang akan dicapai oleh anak yang melakukan kegiatan tersebut. Selain tujuan yang dapat dicapai suatu kegiatan juga dapat bermanfaat bagi anak yang melakukan kegiatan tersebut. Finger painting memiliki banyak tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh atau dirasakan oleh anak usia dini. Tujuan akan tercapai apabila terjadi interaksi antara guru dengan murid sehingga ada proses timbal baliknya.
Berikut ini merupakan tujuan kegiatan finger painting (B.E.F Montolalu, 2009: 17) yaitu dapat mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot tangan/jari, koordinasi otot dan mata, melatih kecakapan mengombinasikan warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan memupuk keindahan.
Secara khusus tujuan finger painting adalah melatih keterampilan tangan, kelentukan, kerapian, dan keindahan. Sejalan dengan pendapat Sumantri (2005:132) bahwa kegiatan finger painting dapat membantu anak untuk melatih gerakan tubuh.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan finger painting dapat bermanfaat sebagai kegiatan yang dapat melatih motorik halus anak yang melibatkan otot-otot tangan/jari, koordinasi otot dan mata, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan, serta dapat mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Slamet Suyanto (2005b: 142) yang menyatakan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih kemampuan motorik anak dalam bidang seni antara lain adalah kegiatan finger painting. Oleh karena itu, kelentukan dan kerapian menjadi hal penting untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan motorik halus anak pada kegiatan finger painting.
Anak diharapkan dapat menggunakan serta mengkoordinasikan jari-jarinya untuk kegiatan lain misalnya memakai sepatu, mengancingkan baju, menulis, serta aktivitas bantu diri lainnya.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

B.       Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak-anak, Pendidik, Pimpinan KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Adapun nama anak, Pendidik, dan Kepala KB terlampir.
C.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena atau gejala yang diteliti di lapangan
D.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Observasi, yaitu untuk melihat fenomena yang unik atau menarik untuk dijadikan fokus penelitian
b.      Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian.
c.       Dokumentasi, yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian
BAB IV
ANALISIS DATA

A.   Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisis data maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut:
No
Observasi
Wawancara dengan Pendidik
Wawancara dengan Kepala
Dokumentasi
1
Model pengembangan kegiatan menggunakan Sentra
Kami menggunakan sentra karena untuk mempermudah pembelajaran
Kami menggunakan sentra karena untuk mempermudah pembelajaran
RKH
2
Penataan ruangan.
Gambar yang ada di ruang kelas di tempelnya rendah-rendah
Agar anak mudah melihatnya
Disamping anak mudah dalam melihatnya juga karena bagian atasnya bukan dinding (teralis besi jadi tidak bisa untuk menempel gambar-gambar)

3
Kegiatan yang dilakukan.
Finger painting (melukis dengan jari)
Ya, karena untuk melatih kreativitas anak dalam mengenal warna
Ya, karena untuk melatih kreativitas anak dalam mengenal warna
RKH
4
Pengaturan pengelompokan anak.
Guru membiarkan anak bermain sendiri di saat guru sedang menerangkan pelajaran
Ya, tidak dibiarkan, guru tetap fokus pada pengamatan dan memberi nasehat supaya mau bergabung dengan teman lainnya
Memang, 3 anak itu berbeda, dia sesukanya, disaat ada kemauan ya tidak usah diperintah langsung bergabung dengan temannya mengerjakan tugas. Tapi disaat dia tidak mau, kalau diperintah atau dipaksa justru dia akan semakin menjadi, bahkan kadang berteriak atau menangis dan harus dengan ibu.

5
Cara pendidik memimpin kegiatan.
Guru tidak mempersiapkan media yang dapat dicontoh anak
Karena belum di buat
Biasanya kalau pelajaran untuk besok disiapkan sehari sebelumnya, ya media disiapkan

6
Peran orang tua.
Orang tua masih ada yang menunggui di dalam kelas
Ada sebagian kecil anak yang harus dekat dengan orang tuanya, kalau orang tuanya tidak kelihatan, dia tidak mau mengerjakan tugas, bahkan selalu menangis
Ya ada sii...h
Yang namanya anak, kadang dia mau ditinggal, kadang kalau dari rumahnya sudah rewel, ya terus sampai kebawa ke sekolah

7
Pemberian motivasi anak.
Motivasi guru kurang diindahkan oleh anak
Dalam memotivasi anak tidak hanya dengan mengajak dan menyuruh mengerjakan tugas begitu saja
Karena guru disaat memberi motivasi dengan nada yang cukup tinggi sehingga menurut anak kurang bersahabat (dia merasa dimarahi guru) seharusnya dirayu dengan nada yang menarikyang lemah lembut, lebih-lebih dengan nyanyian yang berisi sanjungan. Tentu dia akan lebih senang dan akhirnya mau mengerjakan tugas

8
Evaluasi.
Selesai mengerjakan tidak di evaluasi
Karena waktunya sudah siang
Meskipun waktunya sudah siang, evaluasi akhir setelah kegiatan selesai itu harus


B.     Analisis Kritis
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian maka diperoleh hasil dalam kegiatan Finger Painting di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan adalah Di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan guru melakukan kegiatan pembelajaran Finger Painting diharapkan mampu mengembangkan Motorik halus anak yang dapat menghasilkan bentuk gambar yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Hajar Pamadi (2008: 10) finger painting adalah teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari–jari tangannya secara langsung.
Kegiatan Finger Painting di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan bahwa belajar melalui Finger Painting dengan media pada hakekatnya menyenangkan yang menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar perintah guru. Sesuai dengan pendapat B.E.F Montolalu, 2009: 17 menjelaskan bahwa dalam kegiatan Finger Painting anak belajar mengembangkan ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan dan melatih kecakapan anak untuk mengkombinasikan warna.
Jadi, analisis data diperoleh dari data yang terkumpul melalui observasi, wawancara dengan pendidik dan pimpinan dan dokumentasi pada saat penulis melakukan penelitian dan disusun menjadi tabulasi data. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Hasil data yang telah dicapai oleh siswa melalui observasi dalam pembelajaran Finger Painting melalui media  yang dilakukan di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
1.      Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting pada KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan termasuk dalam kategori sangat baik.
2.      Bahwa kegiatan Finger Painting Selain untuk mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain dan memilih warna yang digunakan untuk melukis, finger painting juga dapat membantu mengembangkan motorik halus anak karena kegiatan ini langsung menggunakan jari-jemari anak.

B.     Saran
1.      Bagi Kepala, sebaiknya Kepala KB meningkatkan kuantitas pelaksanaan kegiatan finger painting dalam rencana kegiatan pembelajaran.
2.      Bagi Guru, pada saat akan melakukan kegiatan sebaiknya guru memberikan contoh , membimbing motivasi dan penguatan positif bagi anak saat proses kegiatan


DAFTAR PUSTAKA
Adi Soenarno. (2006). Motivation Games. Yogyakarta: Andi Offset.
B.E.F. Montolalu. (2009). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bambang Sujiono. (2009). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana.
Dini P. Daeng Sari. (1996). Metode Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Deparetemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hajar Pamadhi. (2008). Ruang Lingkup Seni Rupa Anak. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2008). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Presindo.
Jamal Ma’mur Asmani. (2010). Buku Pintar Playgroup. Yogyakarta: Bukubiru.
Lifya. (2012). Meningkatkan kemampuan Motorik Halus dengan Finger Painting pada Siswa Down Sindrome kelas dasar 3 c1 di SLB Wacana Asih Padang. Diakses melalui http://lifyasofyan.blogspot.com/2012/07/ meningkatkan-kemampuan-motorik-halus.html padatanggal 3 Maret 2013.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Nomor 58 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Kementerian Pendidikan Nasional.
Mudjito. (2010). Pedoman Pengembangan Progran Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional,
Rita Eka Izzaty. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sumantri. (2005). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan PendidikanTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Comments

Post a Comment

Popular Posts