Contoh Makalah Analisis Finger Painting
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan usia emas (the golden age)
yang sangat potensial untuk melatih dan mengembangkan berbagai potensi
kecerdasan yang dimiliki anak. Pendidikan Anak Usia Dini telah dipandang
sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam rangka menyiapkan generasi yang
unggul dan tangguh. Usia dini merupakan masa yang sangat baik dimana anak akan
mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang
dicontohkan diperdengarkan serta diperlihatkan (Harun Rasyid, dkk. 2009:
152-153). Dalam Undang-undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 ayat 14 Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Menurut Husein (dalam
Sumantri, 2005: 2) pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan melalui
pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh masyarakat sekitar.
Anak usia dini memiliki potensi yang beragam dan
untuk mengembangkan potensi tersebut memerlukan bantuan dari orang lain
khususnya orang dewasa. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak
sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pengembangan potensi ini, juga harus
memeperhatikan kondisi sosial, kultur, keyakinan, dan kepercayaan, agama, serta
nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan masyarakat di mana mereka berada (Harun
Rasyid, dkk. 2009: 153). Oleh karena itu sebaiknya anak usia dini diberi
stimulasi serta kegiatan yang dapat membantu mengembangkan dan mengoptimalkan
potensinya. Pendidikan yang diberikan haruslah menarik, sesuai dengan fase
pertumbuhan anak identik dengan usia bermain (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 30).
Salah satu cara untuk membantu mengembangkan potensi anak adalah memasukkan
anak ke dalam lembaga belajar seperti pendidikan anak usia dini.
Menurut Hajar Pamadi (2008:
10) finger painting adalah teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan
bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari–jari tangannya secara
langsung. Di dalam kegiatan finger painting, anak dapat dengan bebas menuangkan
imajinasi yang akan diwujudkannya. Kegiatan finger painting pada dasarnya
mudah, tidak begitu rumit, serta tidak ada aturan baku untuk melakukan kegiatan
tersebut. Hal yang harus dilakukan guru adalah memberikan memotivasi serta
menumbuhkan keberanian anak untuk melakukan
kegiatan finger painting, yaitu untuk tidak takut tangannya kotor karena bubur
warna. Menurut B.E.F Montolalu (2009: 17), finger painting dapat mengembangkan
ekspresi melalui media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan fantasi,
imajinasi, dan kreasi, melatih otot-otot tangan/ jari, koordinasi otot dan
mata, melatih kecakapan mengombinasikan warna, memupuk perasaan terhadap
gerakan tangan, dan memupuk keindahan. Oleh sebab itu, peneliti ingin
menganalisis seberapa jauh keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan
finger painting pada anak KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan.
B. Fokus Penelitian
Setelah diadakan observasi di salah
satu ruang kelas KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto
Kabupaten Pekalongan maka penelitian ini difokuskan pada salah
satu kegiatan anak yaitu kegiatan " Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Finger Painting
".
B.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengumpulkan data mengenai :
a.
Alasan
pendidik melakukan kegiatan "Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui
Finger Painting".
b.
Tujuan
pendidik melakukan kegiatan tersebut.
c.
Kebijakan
yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut.
2. Membuat analisis kritis
(critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.
C.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini bermanfaat untuk Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di KB
Baiturrahman Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan adalah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu bahan acuan serta informasi mengenai keterampilan motorik
halus anak dalam kegiatan finger painting. Sehingga akan dapat memberikan
solusi bagi guru dalam memberikan kegiatan pembelajaran sebagai upaya
mengembangkan kemampuan motorik halus anak
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keterampilan Motorik Halus
1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik halus berperan penting dalam
kehidupan anak. Dalam kehidupan sehari-hari anak tidak lepas dari kegiatan
motorik halus. Keterampilan motorik halus menjadi salah satu keterampilan yang
dikembangkan di taman kanak-kanak. Keterampilan dapat diuraikan dengan kata
otomatik, cepat, dan akurat. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan
berkembang menjadi kebiasaan (Hurlock, 1978: 154). Untuk mencapai keterampilan
motorik halus yang baik maka pendidik harus memberikan stimulasi kepada anak
guna menunjang pencapaian keterampilan motorik halus yang optimal. Individu
yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari
sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan imdividu yang tidak banyak mendapatkan
stimulasi (Rita Eka Izzaty, dkk. 2008: 14) Keterampilan motorik halus adalah
pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan
tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan,
keterampilan ini mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek
yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit, dan
lain-lain (Sumantri, 2005:143).
Dini P. Daeng Sari (1996: 721) mengemukakan bahwa motorik
halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau
halus, gerakan ini menuntut menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian
gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan
dalam gerakannya.
2. Perkembangan Keterampilan
Motorik Halus
Setiap anak mengikuti pola perkembangan yang sama
dari satu tahap menuju tahap berikutnya (Hurlock, 1978: 33). Hal ini juga
berlaku pada perkembangan keterampilan motorik halus anak. Peningkatan
keterampilan motorik terjadi sejalan dengan meningkatnya kemampuan koordinasi
mata, tangan dan kaki (Sumantri, 2005: 70). Perkembangan keterampilan motorik
halus anak akan bertambah seiring dengan bertambahnya usia anak. Perkembangan ketrampilan
motorik anak juga sangat bergantung pada stimulasi yang diberikan terhadap
anak.
Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas
fungsional atau kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin
terorganisasi dan terspesialisasi (Sumantri, 2005: 46). Hurlock (1978: 23)
mendefinisikan perkembangan sebagai deretan progresif dari perubahan yang
koheren. Sedangkan Endang Poerwanti & Nur Widodo (2002: 27) mendefinisikan
perkembangan sebagai perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi
organ-organ jasmani.
Menurut Sumantri (2005: 47) “Perkembangan motorik
adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan
berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan tidak terorganisasi
dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan
terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan
menyertai terjadinya proses menua ( menjadi tua )”.
Tujuan
pengembangan motorik halus usia 4-6 tahun menurut Sumantri (2005:146) adalah
sebagai berikut:
a. Mampu mengembangkan
kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua
tangan.
b. Mampu menggerakkan anggota
tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari: seperti kesiapan menulis,
menggambar dan memanipulasi benda-benda.
c. Mampu mengkoordinasikan
indra mata dan aktivitas tangan.
d. Mampu mengendalikan emosi
dalam beraktivitas motorik halus.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik halus adalah agar anak mampu
menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan jari jemari serta
mengkoordinasikan indera mata dan aktivitas tangan sebagai persiapan untuk
pengenalan menulis. Selain itu pengembangan motorik halus juga bertujuan agar
anak mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan dengan baik.
Berbagai pengembangan tersebut sangat baik dikembangkan pada masa kanak-kanak.
3. Karakteristik Keterampilan
Motorik Halus Anak TK
Anak usia dini dalam perkembangan dan pertumbuhan
fisik, psikis, dan inteligensinya dilalui lewat aktivitas gerak dalam bentuk
bermain dan melakukan permainan. Perkembangan fisik dilakukan dengan berbagai
gerak motorik kasar maupun halus seperti berlari, melempar, melukis dan menulis
(Harun Rasyid, dkk.; 2009). Snowman (dalam Sumantri, 2005: 26) mengemukakan
ciri anak usia dini pada aspek fisik adalah sebagai berikut ;
1) Otot-otot besar dan kontrol
terhadap motorik halus seperti jari tangan pada anak usia dini belum berkembang
sempurna.
2) Anak masih sering mengalami
kesulitan apabila memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil
ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan dan mata masih kurang sempurna
3) Walaupun tubuh anak lentur,
tetapi struktur tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak.
4) Anak lelaki lebih besar dan
anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya
dalam tugas motorik halus.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak
usia dini sangat membutuhkan stimulus dan bantuan dari orang dewasa untuk
mengembangkan keterampilan motorik halusnya, oleh karena itu hendaknya pendidik
dapat memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
Dalam mengekspresikan diri melalui menggambar secara
detail kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan hal
tersebut menurut Mudjito (dalam kurikulum 2010: 43)
antara lain:
a.
Mewarnai bentuk gambar sederhana
b.
Mewarnai benda tiga dimensi dengan berbagai
media.
c.
Membatik dan jumputan.
d.
Melukis dengan jari (finger painting).
e.
Melukis dengan berbagai media (kuas,bulu ayam,
daun).
Melalui
kegiatan finger painting anak dapat bermain sekaligus belajar. Kegiatan finger
painting akan membantu anak untuk belajar menggunakan jarinya untuk melukis.
Anak akan bergairah menerima kegiatan pengembangan apabila kegiatan yang
diberikan disukai oleh anak dan sesuai dengan tingkat usia dan perkembangannya
(Sumantri, 2005: 106).
B. Hakikat Finger Painting
1. Pengertian Finger Painting
Finger painting adalah jenis kegiatan membuat gambar
yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna) secara
langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar, batasan jari di
sini adalah semua jari tangan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan
(Sumantri, 2005: 53). Sedangkan
menurut Hajar Pamadi (2008: 10), finger painting adalah teknik melukis secara
langsung tanpa menggunakan bantuan alat, anak dapat mengganti kuas dengan
jari–jari tangannya secara langsung.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa finger painting adalah kegiatan melukis secara langsung
dengan jari tangan di atas bidang gambar dengan cara menggoreskan adonan warna
(bubur warna) secara bebas. Dalam melakukan finger painting, anak dapat
merasakan sensasi pada jari karena kegiatan ini langsung menggunakan jari-jari
tangan. Pada dasarnya kegiatan finger painting sangat mudah dan tidak sulit
untuk dilakukan oleh anak.
2.
Tujuan dan Manfaat Finger Painting
Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan yang akan
dicapai oleh anak yang melakukan kegiatan tersebut. Selain tujuan yang dapat
dicapai suatu kegiatan juga dapat bermanfaat bagi anak yang melakukan kegiatan
tersebut. Finger painting memiliki banyak tujuan dan manfaat yang dapat
diperoleh atau dirasakan oleh anak usia dini. Tujuan akan tercapai apabila
terjadi interaksi antara guru dengan murid sehingga ada proses timbal baliknya.
Berikut ini merupakan tujuan kegiatan finger
painting (B.E.F Montolalu, 2009: 17) yaitu dapat mengembangkan ekspresi melalui
media lukis dengan gerakan tangan, mengembangkan fantasi, imajinasi, dan
kreasi, melatih otot-otot tangan/jari, koordinasi otot dan mata, melatih
kecakapan mengombinasikan warna, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan dan
memupuk keindahan.
Secara khusus tujuan finger painting adalah melatih keterampilan
tangan, kelentukan, kerapian, dan keindahan. Sejalan dengan pendapat Sumantri (2005:132) bahwa kegiatan finger painting dapat membantu anak untuk
melatih gerakan tubuh.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kegiatan finger painting dapat bermanfaat sebagai kegiatan yang dapat melatih
motorik halus anak yang melibatkan otot-otot tangan/jari, koordinasi otot dan
mata, memupuk perasaan terhadap gerakan tangan, serta dapat mengembangkan ekspresi
melalui media lukis dengan gerakan tangan. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat
Slamet Suyanto (2005b: 142) yang menyatakan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan
untuk melatih kemampuan motorik anak dalam bidang seni antara lain adalah kegiatan
finger painting. Oleh karena itu, kelentukan dan kerapian menjadi hal penting
untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan motorik halus anak pada kegiatan
finger painting.
Anak diharapkan dapat
menggunakan serta mengkoordinasikan jari-jarinya untuk kegiatan lain misalnya
memakai sepatu, mengancingkan baju, menulis, serta aktivitas bantu diri
lainnya.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
B.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah
anak-anak, Pendidik, Pimpinan KB Baiturrahman
Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Adapun nama anak, Pendidik, dan
Kepala KB terlampir.
C.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan interpretatif yaitu
menginterpretasikan data mengenai fenomena atau gejala yang diteliti di
lapangan
D.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi,
yaitu untuk melihat fenomena yang unik atau menarik untuk dijadikan fokus
penelitian
b. Wawancara,
yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian.
c. Dokumentasi,
yaitu untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai
fokus penelitian
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Tabulasi
Data
Untuk
memudahkan analisis data maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai
berikut:
No
|
Observasi
|
Wawancara
dengan Pendidik
|
Wawancara
dengan Kepala
|
Dokumentasi
|
1
|
Model pengembangan kegiatan menggunakan Sentra
|
Kami menggunakan sentra karena
untuk mempermudah pembelajaran
|
Kami menggunakan sentra
karena untuk mempermudah
pembelajaran
|
RKH
|
2
|
Penataan ruangan.
Gambar yang ada di ruang kelas di tempelnya rendah-rendah
|
Agar anak mudah melihatnya
|
Disamping anak mudah dalam melihatnya juga karena bagian atasnya
bukan dinding (teralis besi jadi tidak bisa untuk menempel gambar-gambar)
|
|
3
|
Kegiatan yang dilakukan.
Finger painting (melukis dengan jari)
|
Ya, karena untuk
melatih kreativitas anak dalam mengenal warna
|
Ya, karena untuk
melatih kreativitas anak dalam mengenal warna
|
RKH
|
4
|
Pengaturan pengelompokan anak.
Guru membiarkan anak bermain sendiri di saat guru sedang menerangkan
pelajaran
|
Ya, tidak dibiarkan, guru tetap fokus pada pengamatan dan memberi
nasehat supaya mau bergabung dengan teman lainnya
|
Memang, 3 anak itu berbeda, dia sesukanya, disaat ada kemauan ya
tidak usah diperintah langsung bergabung dengan temannya mengerjakan tugas.
Tapi disaat dia tidak mau, kalau diperintah atau dipaksa justru dia akan
semakin menjadi, bahkan kadang berteriak atau menangis dan harus dengan ibu.
|
|
5
|
Cara pendidik memimpin kegiatan.
Guru tidak mempersiapkan media yang dapat dicontoh anak
|
Karena belum di buat
|
Biasanya kalau pelajaran untuk besok disiapkan sehari sebelumnya, ya
media disiapkan
|
|
6
|
Peran orang tua.
Orang tua masih ada yang menunggui di dalam kelas
|
Ada sebagian kecil anak yang harus dekat dengan orang tuanya, kalau
orang tuanya tidak kelihatan, dia tidak mau mengerjakan tugas, bahkan selalu
menangis
|
Ya ada sii...h
Yang namanya anak, kadang dia mau ditinggal, kadang kalau dari
rumahnya sudah rewel, ya terus sampai kebawa ke sekolah
|
|
7
|
Pemberian motivasi anak.
Motivasi guru kurang diindahkan oleh anak
|
Dalam memotivasi anak tidak hanya dengan mengajak dan menyuruh
mengerjakan tugas begitu saja
|
Karena guru disaat memberi motivasi dengan nada yang cukup tinggi
sehingga menurut anak kurang bersahabat (dia merasa dimarahi guru) seharusnya
dirayu dengan nada yang menarikyang lemah lembut, lebih-lebih dengan nyanyian
yang berisi sanjungan. Tentu dia akan lebih senang dan akhirnya mau
mengerjakan tugas
|
|
8
|
Evaluasi.
Selesai mengerjakan tidak di evaluasi
|
Karena waktunya sudah siang
|
Meskipun waktunya sudah siang, evaluasi akhir setelah kegiatan
selesai itu harus
|
|
B.
Analisis Kritis
Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian maka diperoleh
hasil dalam kegiatan Finger Painting di KB
Baiturrahman Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan adalah Di KB
Baiturrahman Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan guru
melakukan kegiatan pembelajaran Finger Painting diharapkan mampu mengembangkan Motorik
halus anak yang dapat menghasilkan bentuk gambar yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Hajar Pamadi (2008: 10)
finger painting adalah teknik melukis secara langsung tanpa menggunakan bantuan
alat, anak dapat mengganti kuas dengan jari–jari tangannya secara langsung.
Kegiatan Finger
Painting di KB Baiturrahman Api-Api Kecamatan Wonokerto Kabupaten
Pekalongan bahwa belajar melalui Finger
Painting dengan media pada hakekatnya menyenangkan yang menjadikan anak belajar
dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar
perintah guru. Sesuai dengan pendapat B.E.F Montolalu, 2009: 17 menjelaskan bahwa dalam
kegiatan Finger Painting anak belajar mengembangkan ekspresi melalui media
lukis dengan gerakan tangan dan melatih kecakapan anak untuk mengkombinasikan
warna.
Jadi, analisis data diperoleh dari
data yang terkumpul melalui observasi, wawancara dengan pendidik dan pimpinan
dan dokumentasi pada saat penulis melakukan penelitian dan disusun menjadi
tabulasi data. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Hasil data
yang telah dicapai oleh siswa melalui observasi dalam pembelajaran Finger
Painting melalui media yang dilakukan di KB
Baiturrahman Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui
bahwa keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan finger painting pada KB
Baiturrahman Api-Api
Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan termasuk dalam kategori sangat baik.
2.
Bahwa kegiatan Finger Painting Selain untuk mengembangkan
kreatifitas anak dalam bermain dan memilih warna yang digunakan untuk
melukis, finger painting juga dapat membantu mengembangkan motorik halus anak karena
kegiatan ini langsung menggunakan jari-jemari anak.
B.
Saran
1.
Bagi Kepala, sebaiknya Kepala KB meningkatkan kuantitas pelaksanaan kegiatan finger painting dalam rencana
kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru, pada saat akan melakukan kegiatan sebaiknya guru memberikan
contoh , membimbing motivasi dan penguatan positif bagi anak saat proses
kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Adi Soenarno. (2006). Motivation Games. Yogyakarta: Andi
Offset.
B.E.F. Montolalu. (2009). Bermain
dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bambang Sujiono. (2009). Metode
Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Media Wacana.
Dini P. Daeng Sari. (1996). Metode
Mengajar di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Deparetemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Hajar Pamadhi. (2008). Ruang
Lingkup Seni Rupa Anak. Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Terbuka.
Hurlock, E.B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2008). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Presindo.
Jamal Ma’mur Asmani. (2010). Buku
Pintar Playgroup. Yogyakarta: Bukubiru.
Lifya. (2012). Meningkatkan
kemampuan Motorik Halus dengan Finger Painting pada Siswa Down Sindrome kelas
dasar 3 c1 di SLB Wacana Asih Padang. Diakses melalui http://lifyasofyan.blogspot.com/2012/07/
meningkatkan-kemampuan-motorik-halus.html padatanggal 3 Maret 2013.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan
Menteri Nomor 58 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Kementerian
Pendidikan Nasional.
Mudjito. (2010). Pedoman
Pengembangan Progran Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional,
Rita Eka Izzaty. (2005). Mengenali
Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Sumantri. (2005). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak
TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Tinggi.
Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan
PendidikanTenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
trimakasih ya...untuk ilmunya...tetap diberkati selalu
ReplyDelete