Contoh Makalah Analisis




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Usia dini adalah masa, dimana perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat. Salah satu perkembangan yang sedang berlangsung pada usia dini adalah perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Oleh sebab itu, banyak ahli mengatakan bahwa perkembangan kemampuan motorik anak berhubungan dengan perkembangan kemampuan anak lainnya seperti perkembangan kognitif dan sosial emosional anak, yang semuanya itu membutuhkan rangsangan atau stimulasi yang tepat untuk mencapai perkembangan yang optimal
Memberikan stimulasi pada anak merupakan suatu pemberian yang gampang-gampang susah, pemberian stimulasi hendaknya diberikan secara menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan tidak terpaksa.. Guru diharapkan memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut sehingga anak secara tidak sadar akan belajar berbagai hal. untuk mendidik anak, lingkungan perlu ditata sehingga kondusif untuk belajar.
Penataan lingkungan belajar dan fasilitas belajar anak usia dini sangat penting untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Di rumah, anak-anak memerlukan mainan yang tidak perlu mahal, tetapi baik dan aman untuk belajar. Demikian juga disekolah, berbagai jenis alat permainan yang mengembangkan motorik juga diperlukan untuk membentuk fisik anak. Alat permainan untuk mengembangkan kemampuan dasar anak, seperti memanjat, keseimbangan badan, berada pada ketinggian, melempar, dan menendang sangat diperlukan. Lingkungan belajar juga harus memberi pengalaman belajar yang menarik dan kaya ragam bagi anak.
1
          Di era modern seperti sekarang ini banyak para ibu yang tidak bisa mendampingi buah hatinya dalam bermain atau belajar, yang seharusnya  merupakan peran utama seorang ibu, hal itu disebabkan karena pada masa sekarang ini banyak ibu yang sekaligus menjadi wanita bekerja atau biasa disebut wanita karier. Sehingga banyak para orang tua yang akhirnya harus mempercayakan pengasuhan dan pendidikan buah hatinya pada Taman  Penitipan Anak atau biasa disebut TPA. TPA ialah sebuah jasa kepengurusan anak yang dikelola secara kolektif. Keberadaan TPA mulai menjamur di kota-kota besar. Karena sudah jelas siapa yang menjadi sasarannya. Keberadaan TPA cukup membantu, terutama bagi para Ibu yang harus bekerja sampai sore. Selama bekerja si kecil bisa dititipkan kepada TPA dengan para perawat yang sudah terlatih, bahkan teruji kesabaran dan ketelatenannya.  
TPA Ash shibyan Bener  merupakan salah satu dari banyak TPA-TPA yang menyelenggarakan pendidikan anak usia dini yang membantu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak salah satunya perkembangan fisik motorik agar berkembang secara optimal. Hal unik yang terjadi dalam kegiatan pengembangan di TPA Ash Shibyan Bener adalah kegiatan membuat topeng.

B.   Fokus Penelitian
  Setelah diadakan observasi di ruang kelas TPA Ash Shibyan Bener, maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan “pengembangan Fisik Motorik melalui kegiatan membuat topeng yang dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014.

C.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1.      Mengumpulkan data mengenai:
a.       Alasan pendidik melakukan kegiatan menempel
b.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut
c.       Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut
2.      Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.


3.        Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TPA Ash Shibyan Bener
2.    Melatih mahasiswa melakukan penelitian kelas
3.    Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD.




















BAB II
LANDASAN TEORI
                       
A.    Fisik Motorik
Pertumbuhan fisik/motorik anak diharapkan dapat terjadi secara optimal karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Menurut Maesaroh (2013.5) motorik adalah seluruh peristiwa laten yang meliputi  keseluruhan proses-proses pengendalian dan pengaturan fungsi-fungsi organ tubuh baik secara fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan suatu gerak. Gerakan motorik didefinisikan sebagai perintah pada kemahiran pada ketrampilan motorik yang melibatkan kemajuan untuk menggerakan dengan sengaja dan tepat, ketrampilan dari yang sederhana menuju yang kompleks, seperti ia berhasil menggunakan gerakan menjepit dengan ibu jari dan telunjuknya untuk mengangkat benda-benda yang sangat kecil.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Gerakan motorik kasar adalah gerakan yang membutuhkan koordinasisebagian besar bagian tubuh anak, gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan. Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik/motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang diri dan orang lain. Misalnya saja anak yang kurang terampil menendang bola akan akan cepat menyadari bahwa dirinya tidak dapat mengikuti permainan sepak bola. Dari sini dapat disimpulkan bahwa ketrampilan gerak sangat diperlukan anak untuk bermain

B.     Pengembangan Motorik Halus
4
 Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, oleh karena itu gerakan didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga tetapi membutuhkankoordinasi yang cermat dan teliti. (Depdiknas: 2007:1)
Perlu kita ketahui bahwa kemampuan motorik halus sangat penting karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menempel, menarik garis dan menggambar. Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda, ada yang lambat dan ada yang sesuai dengan perkembangan tergantung pada kematangan anak. Namun sebaiknya selaku pendidik atau orang tua hendaknya mengetahui permasalahan dan memberikan solusi bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak.
C.    Menempel dalam Pengembangan Fisik/Motorik
       Menurut Hajar Pamadhi (2012) menyatakan bahwa menempel merupakan bagian dari kegiatan mewarnai, mengguntung, menempel (3M) dan melipat adalah kegiatan yang mempunyai kaitan dengan kemampuan-kemampuan menggunakan alat serta melatih motorik halus.
       Menempel merupakan kegiatan lanjutan dari menggunting. Menempel ani adalah kegiatan finishing dari kegiatan 3M, karena apabila proses penempelan ini selesai maka berakhirlah kegiatan 3M. Proses dalam menempel mempunyai tujuan motorik yang sangat nyata, karena dalam menempel diperlukan ketelitian, kesabaran, keterampilan dalam proses penempelan. Kegiatan menempel bagi anak usia dini (AUD) bukan hal yang mudah, sebagai pendidik perlu membimbing dengan ikut melakukan penempelan, bahkan ikut memegangi tangan anak bagaimana mengelem agar tidak sampai lem mengenai bagian lain yang mengakibatkan rusak atau terjadi hal yang tidak diinginkan.
       Kegiatan menempel kedepan akan diarahkan pada wawasan membentuk. Menurut Hajar Pamadhi (2012), wawasan membentuk sebaiknya dimulai sejak dini karena dengan sering melakukan kegiatan membentuk anak akan mempunyai kecakapan visual yang sangat berguna bagi perkembangan lain terutama dalam cipta, rasa, karsa, dan interaksi sosial.
        























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia 2-3,5 tahun di TPA Ash Shibyan Bener Wiradesa dengan jumlah anak didik usia 2-3,5 tahun  11 anak. Penelitian ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 16 Mei 2014  mulai dari observasi, wawancara dan pengambilan dokumentasi.

B.     Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena dan masalah di TPA Ash Shibyan Bener Wiradesa. Pada pendekatan ini penulis membuat suatu gambaran kompleks, meneliti, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Observasi yaitu sistem atau rencana untuk mengamati perilaku atau untuk melihat fenomena yang unik/menarik untuk dijadikan fokus penelitian. Dapat juga diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
2.         Wawancara yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian dengan cara tanya jawab dengan seseoarang
3.         Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik atau untuk mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan lebih luas mengenai fokus penelitian.


7
 

BAB IV
ANALISIS DATA

A.    Tabulasi Data
Untuk memudahkan analisa data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut :
Observasi
Wawancara dengan guru
Wawancara dengan Kepala TPA
Dokumentasi
Model pengembangan kegiatan  berpusat pada anak atau BCCT
Memang sekarang Paud diharapkan semua untuk menggunakan model ini
Karena dengan model ini maka kegiatan anak tidak hanya berpusat pada pendidik yang terkesan paksaan

Sebelum kegiatan pembelajaran ada sebagian melakukan praktek sholat dhuha
Setiap hari TPA Ash Shibyan melaksanakan praktek sholat dhuha bagi anak usia setara TK
Melalui pembiasaan diharapkan anak akan lebih memahami dan mengerti dengan bertahap tanpa ada paksaan
RKH
Kegiatan membuat topeng anak hanya dilibatkan dalam menempel saja
Kegiatan ini memang dikhususkan untuk menempel yang disesuaikan dengan usia anak pada kelompok ini 2,5-3,5 tahun
Setiap kegiatan disesuaikan dengan tahapan usia anak yang berbede-beda sehingga kegiatan tidak memberatkan pada kemampuan anak
Foto
Guru memanggil anak satu persatu untuk didampingi  menempel
8
8
Anak dilatih terbiasa antri, selain itu untuk anak usia 2,5-3,5 tahun tidak hanya dibiarkan menempel tanpa dampingan dari pendidik
Kegiatan ini mengasah kemampuan anak dalam pendengaran dan kemampuan motorik halus anak
Foto

B.    Analisis Kritis
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuat topeng binatang merupakan suatu kegiatan yang bermaksud mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk praktek langsung sehingga anak dapat menerima dengan mudah bagaimana cara membuat topeng.
Pengembangan kemampuan motorik halus dalam kegiatan membuat topeng pada TPA Ash Shibyan Bener Wiradesa disesuaikan dengan prinsip umum Pendidikan Anak Usia Dini, dan dalam kegiatan ini dikemas dalam bentuk praktek langsung sehingga anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan membuat topeng. Hal ini sesuai dengan pendapat B.E.F. Montolalu, dkk. (2012. 4.16) “beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu dipraktekkan anak dengan bimbingan guru”
Secara umum di TPA Ash Shibyan Bener Wiradesa telah mempunyai kegiatan yang baik dan terarah. Kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun guru melalui rencana kegiatan harian yang telah disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak berdasarkan pada tahapan usia dan pada akhir kegiatan guru memberikan penilaian sebagai evaluasi dan penguatan, sehingga dalam  kegiatan pembelajaran pada pengembangan fisik/motorik sudah sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga kemungkinan anak berkembang dengan optimal



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari tabulasi dan analisis data disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1.         TPA Ash Shibyan Bener Wiradesa mempunyai program pengembangan kemampuan dasar, salah satunya adalah program kegiatan pengembangan fisik/motorik halus melalui kegiatan membuat topeng. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk praktek langsung agar anak lebih memahami dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan.
2.         Pengembangan kegiatan membuat topeng dicapai melalui kemampuan anak dalam menempel setiap bagian menjadi bentuk topeng.

B.    Saran
Berdasarkan tabulasi dan analisis data maka diberikan saran sebagai berikut:
1.      Dalam pengembangan kemampuan dasar yang lain juga harus dikembangkan melalui kegiatan praktek langsung atau melalui permainan.
2.         Sebaiknya pendidik lebih semangat lagi dalam memotivasi anak untuk melakukan kegiatan.
3.         Pengembangan kemampuan dasar anak haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan dilakukan dengan terpadu dan terintergrasi dengan kegiatan-kegiatan pengembangan lainnya.





10

 


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Siti, dkk.( 2007). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Gunarti Winda, dkk. (2010). Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Pamadhi Hajar. (2012). Seni Ketrampilan Anak.Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Sujiono Bambang, dkk. (2012). Metode Pengembangan Fisik. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Tim PG-PAUD (2013). Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Dini. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka











11
 

Comments

Popular Posts