Kajian Pustaka Mengenal konsep bilangan



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Perkembangan Kognitif
Pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun, anak mulai memasuki masa pra sekolah yang merupakan masa persiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap stimulus yang di terima melalui panca inderanya. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan anak, itu artinya apabila orangtua mengetahui anak telah memasuki masa peka dan mereka segera memberi stimulasi yang tepat, maka akan mempercepat penguasaan tugas-tugas perkembangan pada usianya.
Montessori dalam (Yuliani Nurani Sujiono, dkk, 2006:2.5) mengatakan tentang masa peka ini merupakan suatu hari yang sangat khas dari Montessori dan banyak diterima oleh banyak tokoh pendidikan. Menurutnya dalam rentang perkembangan anak usia 3-5 tahun akan muncul keadaan dimana suatu potensi menunjukkan kepekaan (sensitive) untuk berkembang
Menurut Minet dalam Winda Gunarti, dkk. 2012:2.4), bahwa terdapat beberapa peran orang dewasa yang sangat membantu pengembangan kognitif anak, yaitu:
Ø  Menyediakan banyak kesempatan bagi anak untuk mempelajari keterampilan dan mendukung pola pengembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya
Ø  Memberikan dukungan dan semangat ketika anak memerlukannya, tetapi jangan mengusik kegiatan bermain mereka dengan cara memberi tau bagaimana seharusnya mereka bermain
Ø  Bantulah anak memahami informasi yang diterima melalui inderanya
Ø  Katakan kepada anak apa yang terjadi dan bantu mereka merencanakan aktifitas
Ø  Katakan pada anak apa yang terjadi dan bantu mereka merencanakan aktifitas
Ø  Bantulah anak untuk mengingat dan memprediksi sesuatu
B.     Konsep bilangan
Menurut Piaget dalam Siti Aisyah dkk. (2013:5.34) bahwa kemmapuan untuk mengkonsepkan ciri-ciri benda dengan menggunakan kategori tertentu (misalnya warna, bentuk atau ukuran) berbeda dengan kemampuan mengkonsepkan angka, ia mengatakan bahwa kedua kemampuan tersebut berbeda yaitu abstraksi empitis (mengabstrakkan hal yang nyata) mengacu pada konsep angka. Dalam abstraksi empisis, anak terpusat pada satu ciri dari benda (warna) dan menyampingkan ciri-ciri lainnya
Konsep matematika merupakan abstraksi reflektif, anak harus diberi kesempatan untuk mengamati ciri-ciri benda dan belajar membentuk hubungan dengan membedakan ciri-ciri umum. Anak membutuhkan pertolongan dalam mengenali dunia sekelilingnya dan mengorganisasikan persepsinya membantu anak dalam membentuk abstraksi empiris yang akurat adalah sesuatu yang penting agar anak usia dini dapat terdorong untuk melakukan proses mental yang lebih rumit, seperti membentuk abstraksi reflektif.
Jadi konsep bilangan melibatkan pemikiran tentang beberapa jumlah atau seberapa banyak termasuk menghitung, menjumlah satu tambah satu yang terpenting adalah mengerti konsep angka. Pemahaman konsep angka berkembang seiring waktu dan kesempatan untuk mengulang kerja dengan sekelompok benda dan membandingkan jumlahnya.
Menghitung merupakan cara belajar mengenai nama angka kemudian menggunakan nama angka tersebut untuk mengidentifikasikan jumlah benda. Menghitung merupakan kemampuan akal untuk menjumlahkan.
Membedakan angka dengan menunjukkan angka atau nomor adalah simbol atau lambang “5” sebuah angka paham arti lima sesungguhnya. Anak belajar menunjukkan angka dengan tiga cara yaitu menyebut empat belajar lambang 4 dan menulis kata empat. Anak memerlukan belajar lambang angka tetapi dapat untuk menulis atau mengenal angka 4 dimana tidak sepenting memahami angka 4 sesungguhnya.
Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) adalah salah satu indikator dalam pengembangan kemampuan kognitif anak, yang dimaksud konsep bilangan adalah angka.
Hakekat Konsep Bilangan (angka)
Lambang bilangan matematika sederhana untuk taman kanak-kanak adalah bentuk lambing bilangan 1-10 yang dalam permainan disesuaikan dengan jumlah benda-benda ataupun gambar.
Tahap awal dalam mengenal konsep bilangan atau angka adalah anak perlu memahami tentang konsep angka yang tidak berubah, duaapel diatas sama dengan jumlah jeruk di dalam keranjang. Jika anak hanya menghafal urutan angka namun belum mengenal konsep angka secara tetap. Setelah anak memahami ketepatan suatu angka maka anak akan belajar menghitung. Pendidik dapat menyediakan banyak benda untuk dihitung seperti buah-buahan, manik-manik, pensil, stik es krim dan benda-benda lainnya.

C.    Bermain
Jean Peaget dalam Widarmi D Wijana, dkk (2013:1-31), menyatakan bahwa bermain merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan belajar anak dengan menerapkan metode, strategi, sarana, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang.
Di harapkan melalui bermain dapat memberi kesempatan anak melakukan eksplorasi, menemukan dan menggunakan benda-benda yang ada disekitarnya, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Selain itu dengan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri dengan siapa ia hidup serta lingkungan tepat ia hidup.
Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan. Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak.
D.    Gambar
Gambar adalah tiruan barang (Orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas lukisan dan lainnya
Melalui gambar dapat dikenalkan konsep bilangan kepada anak. Guru mengenalkan angka melalui gambar-gambar yang disediakan. Misal mengenalkan konsep bilangan angka 4 guru juga menunjukkan 4 gambar. Dengan gambar 4 ikan, anak dikenalkan angka melalui banyaknya gambar-gambar yang disediakan. Peran media dalam komunikasi pembelajaran di Taman Kanak-Kanak semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa kongkret. Oleh karena itu salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekongkretan, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata dengan demikian pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara kongkret.
Media gambar dalam pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya, dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan tanpa media maka proses pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Keefektifan prose pembelajaran akan terjadi apabila ada komukasi antara sumber pesan (guru TK) dengan penerima pesan (dalam hal ini adalah anak) dan membuat komunikasi itu efektif.
Menurut Berlo dalam Nurbiana Dhieni dkk. (2006: 10.3). dengan ditandai adanya Area of Experience atau daerah pengalaman yang sama antara penyalur pesan dan penerima pesan.
Flash Card adalah permainan yang dilakukan dengan cara menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat menerima informasi yang ada dihadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf, di usia sedini mungkin (http://kamissore.blogspot.com/2009/II/manfaat-kartu-belajar-flashcard)

Comments

Popular Posts